PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI
Dinamisme pendidikan di indonesia akan sejalan dengan
dinamisme kurikulum. perubahan kurikulum ini tidak serta merta hanya sebuah
pergantian kata. Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin “currere”, yang
berarti “menjalankan atau mencari”. kemudian ada kurikulum, yang memiliki makna
lintasan balap, perjalanan, atau lintasan yang dilalui kereta kuda. Pada
kenyataannya, kurikulum diartikan sebagai jalur atau lintasan kendaraan untuk
menuju ke suatu tujuan akhir. Bersamaan itu dengan Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah Nomor 57 tentang Standar Nasional Pendidikan Tahun 2021 menyatakan
bahwa nhal yang sama mengenai kewajiban mengembangkan kurikulum yang beragam
berdasarkan karakteristik daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.
Implementasi pengembangan kurikulum satuan pendidikan sebagai usaha kemandirian sekolah yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada satuan pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum operasionalnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya.
Satuan pendidikan yang terjadi saat ini belum secara
optimal mengembangkan kurikulum yang fleksibel sesuai pada kebutuhan siswa di sekolah masing-masing. Hal
ini dapat diketahui bahwa ada berbagai karakteristik siswa di sekolah atau bahkan
kelas yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar
yang berbeda-beda. sehingga, mereka membutuhkan layanan pembelajaran yang
berbeda satu sama lain atau pelayanan yang berbeda agar mereka dapat memahami
kompetensi dan materi pembelajaran berdasarkan karakteristik dan keunikan
masing-masing sehingga dapat berkembang secara optimal. Merujuk dari hal
tersebut, diperlukan suatu proses pembelajaran yang memperhatikan karakteristik
siswa dan perbedaan individu dalam menoptimalkan potensi siswa yang unik.
Carol A. Tomlinson, mennjelaskan tentang pengajaran yang
mempertimbangkan perbedaan individu siswa dalam sebuah buku berjudul “How to
Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms”. Konsep tersebut
kemudian dikenal dengan istilah pembelajaran diferensiasi atau pembelajaran
terdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materi
dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta
didik. Guru juga dapat mengubah isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau
hasil pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar di mana siswa
belajar.[1]
Guru dapat melayani peserta didik yang diajar sesuai
kebutuhan peserta didik dengan keadaan masing masing (sesuai kodrat alam dan
kodrat zaman) dengan melaksanakan proses pembelajaran ini. Sekolah mampu
mengembangkan dan menggunakan proses pembelajaran yang berbeda untuk memberikan
kebebasan siswa dari keharusan menjadi sama dalam segala hal, memungkinkan
mereka untuk mengekspresikan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki dan
keunikan mereka sendiri. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi
alternatif dan memberikan harapan untuk kurikulum yang fleksibel dan tidak kaku
yang hanya percaya pada satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
Pembelajaran
yang berfokus pada guru hingga saat ini sangat mendominasi di Indonesia. Guru
menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah dan kurang memperhatikan
kebutuhan peserta didik. Tidak heran jika selama ini peserta didik belum
menikmati dan mendapatkan kebermaknaan dalam mengikuti pembelajaran. Dampaknya
pencapaian peserta didik menjadi menurun. Berdasarkan hasil penelitian oleh
Alhafiz[2] bahwa masih banyak guru
mengabaikan konsep pembelajaran yang dipakai, guru lebih cenderungbertumpu pada
teacher centered, yang pada konsep pendidikan terkini sudah mulai ditinggalkan.
Tidak adanya peran guru dalam mencari datakebutuhan dan minat belajar yang
dimiliki peserta didik, dalam proses pembelajaran masih cenderung pada satu
pendekatan dan metode mengajar. Sudah seharusnya pada pendidikan terkini guru
mulai merubah konsep belajar dari teacher centered ke student centered.
Pembelajaran Berdifiresiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah salah satu trategi
yang bisa diterapkan guru dalam usaha memenuhi kebutuhan setiap siswa yang
berbeda-beda. Diferensiasi sendiri adalah proses belajar mengajar di mana siswa
mempelajari materi pelajaran berdasarkan kemampuannya, apa yang mereka sukai,
dan kebutuhan individu mereka sehingga mereka tidak frustrasi dan merasa gagal
selama proses pembelajaran[3]. Guru harus mampu memahami
dan menyadari bahwa ada lebih dari satu cara, metode, atau strategi untuk
mempelajari suatu materi pelajaran ketika mengaplikasikan pembelajaran
berdiferensiasi. Guru harus mampu mengelola sumber bahan ajar, kegiatan, tugas
sehari-hari yang diselesaikan di kelas dan di rumah, dan penilaian akhir
berdasarkan kesiapan siswa untuk mempelajari materi pelajaran, minat atau hal
apa yang disukai siswa dalam belajar, dan cara menyampaikan pelajaran yang
sesuai kebutuhan belajar siswa yang diajarnya.
Menurut Tomlinson pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodasi, melayani, serta mengakui perbedaan siswa dalam belajar
sesuai dengan kebutuhan dan preferensi belajar siswa[4]. Pembelajaran berdiferensi
bukan merupakan pendekatan pembelajaran baru, melainkan sudah lama di terapkan
di Amerika Serikat. Fokus perhatian dalam pembelajaran berdiferensiasi ini
terletak pada cara guru dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi sangat cocok di terapkan dalam semua mata
pelajaran.
Gambar.
Diagram Frayer Pemeblajaran Berdiferensiasi
Peristiwa
Pada
modul 2.1 ini Aktivitas pertama yaitu
dengan melakukan Test Awal Modul 2. Setiap memulai modul saya melaksanakan tes
awal paket modul 2 dilanjutkan dengan pembelajaran di LMS dimulai dari diri,
eksplorasi konsep, ruang kolborasi 1 dan 2. Yang pertama adalah diskusi bersama
kelompok keesokan harinya dilanjutkan dengn Ruang kolaborasi 2 kami harus mempresentasikan
hasil diskusi kelompok tentang kasus dalam skenario yang diberikan. Kami
mempresentasikan materi Pembelajaran Berdiferensiasi jenjang skenario SMA.
Banyak sekali manfaat dari diskusi ini menjadi saya menambah wawasan, ilmu dan
pengalaman. Saya jadi mengetahui bagaimana mengintegrasikan pembelajaran
berdiferensiasi ke dalam sebuah RPP sesuai mata pelajaran yang kita ampu,
sehingga dapat mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. Berikutnya, saya
melakukan Refleksi terbimbing. Kami diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan
pemantik yang makin memperkuat kami meningkatkan pemahaman terkait pembelajaran
berdiferensiasi. Di aktivitas ini tidak ada hambatan yang dirasakan karena di
sesi ini bagaimana CGP menggali lebih dalam konsep pembelajaran berdiferensiasi.
Aktivitas berikutnya yaitu demonstrasi kontekstual. Di aktivitas ini kami
diminta membuat Rencana pembelajaran berdiferensiasi dan mengevaluasi
efektivitas RPP yang dibuat oleh sesama rekan CGP. Disini, saya membuat
RPPberdiferensiasi dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik ditinjau
dari Profil Belajarnya. Perjalanan mempelajari modul 2.1 ini merupakan
serangkaian kelanjutan dari Modul sebelumnya. Kegiatan ini menggunakan alur
MERDEKA yaitu, Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi,
Demonstrasi Kontekstual, Elabborasi pemahaman, Koneksi Antar materi dan Aksi
nyata. Kegiatan pertama setelah pre test adalah Mulai dari diri yang merupakan
langkah awal untukmempersiapkan diri menerima ilmu pengetahuan baru pada modul 2.1,
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Eksplorasi Konsep tentang pemikiran kita
seperti apa terhadap modul 2.1 yang kita pelajari, saya berdiskusi dengan CGP
lainnya dalam Ruang Kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling
memberikan masukan yang konstruktif dalam menyusun pembelajaran
berdiferensiasi. Saya bersama teman di kelompok berdiskusi tentang skenario
jenjang SMA dan kami buat dalam power point. Keesokan harinya saya dan tim
dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan mendapatkan umpan
balik baik dari teman di kelompok lain maupun dari Fasilitator. Dari hasil
umpan balik kami rapikan kembali hasil diskusi dalam power point kami. Setelah
rapi kami upload di LMS masing masing sebelum tenggat waktu. Setelah itu kami
mengikuti Elaborasi Pemahaman dari narasumber hebat, mendapatkan ilmu dan
pemantapan materi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Setelah elaborasi
pemahaman kami memnuat Demonstrasi Kontekstual dalam materi pembelajaran
berdiferensiasi berupa RPP mapel yang berdiferensiasi. Setelah demonstrasi
kontekstual kami akan mengaitkan materi dalam setiap bagian modul dengan
Koneksi Antar Materi. Stelah koneksi Antar materi (KAN) maka akan kami
lanjutkan dengan membuat Aksi Nyata.
Perasaan
Pada
modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi membuat saya merasa sangat
senang namun penasaran karena harus memperhatikan semua kebutuhan murid yang
tentu satu sama lain berbeda kebutuhan. Selama ini saya hanya berfokus pada
ketercapaian materi kurikulum, sehingga harus mengejar ketuntasan belajar.
dampak yang ada adalah belum semua murid dapat belajar sesuai dengan
kebutuhannya dan ada sedikit pengabaian tentang ternyata banyak keberagaman
kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Hal ini tentunya harus kita kaitkan
dengan nilai-nilai Filososfi pendidkan menurut KH Dewantara bahwa belajar
adalah menuntun murid untuk mencapai tujuan belajar dan dalam mencapai tujuan
belajar tersebut diharapkan guru dapat menuntun murid dengan berbagai macama
cara atau metode yang sesuai dengan kebutuhan murid. Saya sangat senang dan
lebih memahami menjadi tahu dalam menyusun RPP dengan pembelajaran
berdiferensiasi., saya sangat bahagia bisa menyusun langkah-langkah pembelajran
untuk menyelaraskan dengan karakteristik murid. Saya sangat senang karena
banyak hal yang saya dapatkan dari pelatihan ini dan siap saya terapkan di
kelas serta berbagi dengan reksn sejawat dan disekolah ataupun lingkup yang
lebih luas lagi.
Pembelajaran
Dalam
modul ini yang dapat saya pelajari adalah memahami tentang pembelajaran
berdiferensiasi dan penerapannya. Pembelajaran berdiferensiasi itu dibuat agar
para guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu untuk mengakomodir semua
kebutuhan belajar murid. Guru harus mampu untuk memiliki kepekaan dalam merespon
semua kebutuhan murid. Tentu dalam mememnuhi kebutuhan murid ada beberapa hal
yang harus diperhatikan seperti :
1. Kesiapan belajar
(Readiness)
2. Minat belajar
3. Profil belajar murid.
Kemudian
dalam pembelajaran berdiferensiasi kita juga harus memperhatikan beberapa
strategi antara lain:
1. Diferensiasi proses
2. Diferensiasi konten
3. Diferensiasi produk
Dalam
proses penilaian , guru menggunakan penilaian berjenjang, dengan harapannya
semua murid memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran,
sehingga murid akan mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman dalam proses
pembelajaran. Kali ini saya mendapatkan pelajaran tentang bagaimana kita
menyiapkan pembelajaran dengan model berdiferensiasi. Dan tentu saja ini sangat
bermanfaat agar semua kebutuhan murid minimal dapat kita akomodir.
Penerapan
Dalam
modul ini, saya belajar untuk lebih memperhatikan kompetensi saya dalam memilih
aktivitas belajar yang sesuai dengan gaya belajar murid. Hal ini tentu untuk
menghindari dari pengalaman belajar yang kurang tepat, kurang berpihak pada
murid dan kuang menyenankan. Akan saya coba terapkan di kelas dan imbaskan
kepada rekan sejawat di sekolah bahkan di lingkup yang lebih luas sehingga
harapan saya semua guru dapat mengetahui seperti apa itu penvelajaran
berdiferensiasi dan bagaimanakah penerapannya di kelas dalam pembelajaran. Agar
pembelajaran berdiferensiasi dapat terlaksana dengan baik dan efektif, maka
perlu dilakukan pemetaan kebutuhan belajar murid yaitu berdasarkan kesiapan
murid, minat murid dan profil belajar murid. Penilaian ini dilakukan yaitu
dengan asesemen diagnostik non kogitif. Data pemetaan ini dapat diperoleh dari
data tahun lalu atau pada semester sebelumnya. Bisa melalui angket, soal pilhan
ganda, wawancara, pengamatan dan lainnya sessama rekan guru dan wali murid.
Bagi saya ini merupakan materi yang sangat baik agar dapat kami terapkan di
sekolah, berbagi dengan rekan guru ataupun dengan murid baik disekolah maupun
di luar sekolah. Dalam proses ini tentu saja saya akan belajar dan terus
belajar. Semoga saya dapat terus berkontribusi dalam memajukan dunia pendidikan
ke arah byang lebih maju lagi sehingga kita dapat mempersiapkan murid menjadi
pemimpin.
[1]
Wahyuningsari,
D., Mujiwati, Y., Hilmiyah, L., Kusumawardani, F., & Sari, I. Pembelajaran
Berdiferensiasi Dalam Rangka Mewujudkan Merdeka Belajar. 2020, Jurnal Jendela Pendidikan, 2 (04),
529-535.
[2]Sulistyosari dkk, Penerapan
Pembelajaran IPS Berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka Belajar, Volume
7(2), Harmony, 2022, Universitas Negeri Semarang, Hal 67.
[3] Wahyuningsari,
D., Mujiwati, Y., Hilmiyah, L., Kusumawardani, F., & Sari, I. op. cit. hal
529
[4] Tomlinson,
C. A. How To Differentiate instruction in mixedability classrooms. . 2001. Association for
Supervision and Curriculum Development. Hal 202
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.