Showing posts with label MATEMATIKA SEKOLAH. Show all posts
Showing posts with label MATEMATIKA SEKOLAH. Show all posts

Tuesday, January 7, 2025

OPINI TENTANG MATEMATIKA DI BULAN RAMADAN



Adanya hubungan yang erat antara matematika dan bulan suci Ramadan. Keterkaitan ini tidak hanya terlihat dalam aspek perhitungan waktu dan jumlah, tetapi juga dalam makna spiritual yang dapat diambil dari praktik ibadah selama bulan Ramadan.

Keterkaitan Matematika dan Ibadah Puasa

Perhitungan Waktu Puasa: Salah satu aspek paling jelas dari matematika dalam Ramadan adalah perhitungan waktu puasa. Umat Islam harus mengetahui waktu imsak (awal puasa) dan waktu berbuka puasa. Ini memerlukan pemahaman tentang jam dan durasi, yang merupakan konsep dasar dalam matematika[3][5].

Jumlah Hari Puasa: Ramadan berlangsung selama 29 atau 30 hari, dan hal ini mengharuskan umat untuk memahami konsep bilangan dan siklus. Dalam konteks ini, bulan Ramadan sebagai bulan ke-9 dalam kalender Hijriyah dapat dianalogikan dengan siklus bilangan dari 0 hingga 9, yang menunjukkan bahwa setelah 9, siklus kembali ke 0, melambangkan kembalinya umat Islam kepada fitrah mereka setelah berpuasa[1][2].

Pahala dan Operasi Bilangan: Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak referensi mengenai angka yang dapat dihubungkan dengan pahala ibadah. Misalnya, setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an mendapatkan sepuluh kebaikan. Jika seseorang membaca satu juz Al-Qur'an, total kebaikan yang diperoleh bisa dihitung secara matematis untuk menunjukkan betapa besar manfaat membaca Al-Qur'an selama Ramadan[2][3].

 

Makna Spiritual dalam Matematika

Matematika tidak hanya terbatas pada angka dan perhitungan; ia juga dapat menjadi metafora untuk pencapaian spiritual. Dalam konteks Ramadan, kita dapat melihat hubungan antara operasi bilangan dan nilai-nilai spiritual:

Penjumlahan Keimanan: Keimanan yang ditambah dengan puasa menghasilkan ketaqwaan. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara usaha kita dalam beribadah dan hasil spiritual yang kita capai.

Pengurangan Dosa: Dengan berpuasa, diharapkan dosa-dosa kita berkurang, sehingga kita kembali ke posisi nol atau fitrah. Ini adalah representasi matematis dari pengurangan yang memiliki makna mendalam dalam konteks spiritual[2][3].

Bulan Ramadan adalah waktu yang sangat istimewa bagi umat Islam, di mana matematika berperan penting dalam pelaksanaan ibadah puasa. Dari perhitungan waktu hingga pemahaman tentang pahala, matematika memberikan kerangka kerja untuk memahami praktik ibadah ini dengan lebih baik. Selain itu, hubungan antara matematika dan spiritualitas selama bulan suci ini mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan iman dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, sebagai pendidik, saya mendorong siswa untuk melihat matematika tidak hanya sebagai disiplin ilmu yang kaku tetapi juga sebagai alat untuk memahami kehidupan dan ibadah mereka secara lebih mendalam[1][2][3].

 

Referensi:

[1] https://www.academia.edu/36772412/Keterkaitan_Matematika_Dengan_Ibadah_Puasa_Ramadhan

[2] https://www.acehtrend.com/news/ramadan-dalam-konteks-matematika/index.html

[3] https://kumparan.com/marcelaandarista/puasa-ramadan-dalam-perspektif-matematika-1xtXa8woewQ

[4] https://tmt.iainpare.ac.id/blog/berita-tadris-matematika-6/gamatan-gerakan-matematika-berbagi-di-bulan-ramadhan-menguatkan-nilai-nilai-sosial-mahasiswa-tadris-matematika-105

[5] https://warta-pendidikan.com/2020/05/11/matematika-ramadhan/

[6] https://ramadan.kompasiana.com/wicaksonocahyonugroho9232/660664a3c57afb15d311e4c2/menemukan-koneksi-antara-matematika-dan-bulan-ramadhan-makna-angka-dan-spiritualitas?page=all

[7] https://www.youtube.com/watch?v=j0VVfRehOxM

[8] http://repository.uin-malang.ac.id/1732/7/1732.pdf


PANDANGAN TERHADAP UJIAN NASIONAL




Sebagai seorang guru matematika, saya memiliki beberapa pandangan mengenai ujian nasional yang akan diadakan kembali. Ujian nasional merupakan salah satu aspek penting dalam sistem pendidikan di Indonesia, dan memiliki berbagai dampak baik positif maupun negatif.

Aspek Positif

Standarisasi Pendidikan: Ujian nasional membantu dalam menstandarisasi kualitas pendidikan di seluruh wilayah. Dengan adanya ujian ini, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kemampuan siswa di berbagai daerah.

Motivasi Belajar: Ujian nasional dapat menjadi pemicu motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat. Persiapan menghadapi ujian sering kali mendorong siswa untuk lebih fokus pada pelajaran, termasuk matematika.

Evaluasi Kurikulum: Hasil ujian nasional dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai efektivitas kurikulum yang diterapkan. Jika banyak siswa yang kesulitan pada suatu materi, ini bisa menjadi indikasi bahwa kurikulum perlu diperbaiki.

 

Aspek Negatif

Tekanan Psikologis: Ujian nasional sering kali menimbulkan tekanan yang besar bagi siswa. Stres dan kecemasan menjelang ujian dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka dan hasil belajar secara keseluruhan.

Pengajaran Berbasis Ujian: Terkadang, fokus pada ujian nasional membuat pengajaran menjadi terpusat pada persiapan ujian saja, mengabaikan aspek lain dari pembelajaran yang seharusnya juga penting, seperti kreativitas dan pemecahan masalah.

Kesetaraan Akses: Terdapat ketidaksetaraan dalam akses pendidikan di berbagai daerah, yang dapat mempengaruhi hasil ujian. Siswa di daerah terpencil mungkin tidak memiliki fasilitas atau bimbingan yang sama dengan siswa di kota besar.

 

Ujian nasional memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, namun perlu ada perhatian khusus terhadap dampak psikologis dan kesetaraan akses pendidikan. Sebagai pendidik, kita harus berusaha menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan tidak hanya berfokus pada hasil ujian semata. Pendekatan yang seimbang antara persiapan ujian dan pengembangan keterampilan lainnya akan sangat bermanfaat bagi siswa kita.

 

Dengan demikian, harapannya adalah ujian nasional dapat dilaksanakan dengan cara yang lebih konstruktif dan mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh.


Saturday, January 4, 2025

INTEGRASI MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK USIA DINI



Pendidikan usia dini adalah fase penting dalam perkembangan anak, di mana mereka mulai membangun fondasi untuk berbagai aspek kehidupan, termasuk kemampuan kognitif, sosial, dan spiritual. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, integrasi antara matematika dan pendidikan agama Islam dapat memberikan pengalaman belajar yang holistik dan bermakna bagi anak-anak. Artikel ini akan membahas pentingnya integrasi ini serta beberapa strategi yang lebih mendetail untuk melaksanakannya.

Pentingnya Integrasi Matematika dan Pendidikan Agama Islam

Pengembangan Kognitif

Berpikir Logis: Matematika membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir logis dan analitis. Memahami konsep-konsep seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dapat dilakukan melalui konteks yang relevan dengan ajaran agama[1].

Pemecahan Masalah: Aktivitas yang menggabungkan matematika dan nilai-nilai agama mengajarkan anak-anak untuk memecahkan masalah dengan cara yang kreatif dan kritis[4].

Pembentukan Karakter

Nilai-nilai Moral: Pendidikan agama Islam menekankan pada pengembangan karakter, moral, dan etika. Dengan mengajarkan matematika melalui cerita-cerita atau prinsip-prinsip dalam agama, anak-anak dapat belajar tentang kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab[5].

Kepedulian Sosial: Mengajarkan konsep zakat dalam konteks matematika tidak hanya mengajarkan perhitungan tetapi juga mendorong rasa empati dan kepedulian terhadap sesama[6].

Keterkaitan Konsep

Aplikasi Nyata: Banyak konsep dalam matematika dapat dijelaskan melalui ajaran agama. Misalnya, pembagian zakat dapat dihubungkan dengan konsep pembagian dalam matematika, memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tanggung jawab sosial[2].

Penggunaan Angka dalam Ibadah: Konsep angka dalam ibadah seperti jumlah rakaat shalat atau hitungan puasa dapat menjadi jembatan untuk memahami operasi matematika dasar[3].

Strategi Mengintegrasikan Matematika dan Pendidikan Agama Islam

Penggunaan Cerita dan Kisah

Kisah Nabi: Menggunakan kisah-kisah dari Al-Qur'an atau Hadis yang melibatkan angka atau perhitungan. Contohnya, kisah Nabi Ibrahim yang menghitung jumlah hewan kurban dapat digunakan untuk menjelaskan konsep pengelompokan atau perbandingan[1].

Cerita Interaktif: Membuat cerita interaktif di mana anak-anak bisa berpartisipasi dengan menghitung atau menjawab pertanyaan matematika yang berkaitan dengan cerita tersebut.

Kegiatan Praktis

Menghitung Rakaat: Mengajak anak-anak menghitung jumlah rakaat dalam shalat fardhu dan sunnah serta menjelaskan makna di balik setiap rakaat[2].

Proyek Memasak: Saat memasak untuk berbuka puasa, anak-anak dapat dilibatkan dalam menghitung bahan-bahan yang dibutuhkan, memperkenalkan konsep pengukuran dan pembagian.

Permainan Edukatif

Permainan Papan Tematik: Mengembangkan permainan papan yang menggabungkan elemen matematika dengan tema-tema Islam. Misalnya, permainan yang meminta anak-anak menjawab pertanyaan tentang sejarah Islam sambil menghitung poin atau langkah[3].

Kuis Matematika Islami: Membuat kuis interaktif di mana anak-anak harus menjawab pertanyaan matematika yang berkaitan dengan ajaran Islam.

Proyek Kolaboratif

Penggalangan Dana Amal: Mengajak anak-anak untuk berkolaborasi dalam proyek penggalangan dana untuk amal di mana mereka harus menghitung total sumbangan dan mendiskusikan pentingnya berbagi serta nilai zakat[4].

Berkebun Bersama: Melakukan proyek berkebun di mana anak-anak belajar tentang ukuran lahan (persegi panjang atau persegi) sambil memahami pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari ajaran Islam.

Penggunaan Teknologi

Aplikasi Edukasi: Memanfaatkan aplikasi edukasi yang menggabungkan pelajaran matematika dengan konten Islami. Misalnya, aplikasi yang mengajarkan angka Arab sambil memperkenalkan doa-doa pendek.

Video Pembelajaran: Membuat video pembelajaran yang mengintegrasikan pelajaran matematika dengan nilai-nilai agama untuk digunakan dalam kelas atau di rumah.

 

Integrasi antara matematika dan pendidikan agama Islam untuk usia dini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar anak tetapi juga membentuk karakter mereka sesuai dengan nilai-nilai agama. Dengan menggunakan pendekatan yang kreatif dan menyenangkan, pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan kognitif sekaligus spiritual anak-anak. Ini adalah langkah penting menuju pendidikan yang holistik dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Rekomendasi

Untuk para pendidik dan orang tua:

Selalu cari cara baru untuk mengaitkan pelajaran matematika dengan ajaran agama.

Libatkan anak-anak dalam kegiatan praktis yang relevan.

Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak-anak merasa termotivasi untuk belajar lebih banyak tentang kedua bidang ini.

Ajak anak-anak berdiskusi tentang pengalaman mereka dalam belajar matematika sambil menerapkan nilai-nilai agama.

Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat membantu anak-anak tidak hanya menjadi cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang kuat sesuai dengan ajaran agama mereka. Integrasi ini akan membekali mereka dengan keterampilan hidup yang bermanfaat di masa depan.

 

Resume dari sumber:

[1] http://repository.uinsu.ac.id/10993/1/SKRIPSI%20SA%E2%80%99YU%20AHYANA%20NASUTION.pdf

[2] http://etheses.uin-malang.ac.id/14777/1/15761023.pdf

[3] http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=3528015&val=30855&title=Integrasi+Pembelajaran+Matematika+Berbasis+ICARE+dan+Islam+Pada+Materi+Pecahan

[4] https://jgi.internationaljournallabs.com/index.php/ji/article/download/69/107

[5] https://www.researchgate.net/publication/289505185_INTEGRASI_MATEMATIKA_DAN_ISLAM_DALAM_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA

[6] https://www.researchgate.net/publication/311897158_INTEGRASI_MATEMATIKA_DAN_ISLAM_DALAM_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA

[7] https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/62207/47415


Friday, January 3, 2025

MATEMATIKA UNTUK USIA DINI: PONDASI PENTING DALAM PEMBELAJARAN ANAK




Pendidikan matematika pada anak usia dini (AUD) merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kognitif dan sosial mereka. Pada usia ini, anak-anak berada dalam fase perkembangan yang pesat, di mana mereka sangat peka terhadap stimulasi yang diberikan. Oleh karena itu, pengenalan konsep-konsep matematika harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan menarik. Artikel ini akan membahas pentingnya matematika untuk anak usia dini, metode pembelajaran yang efektif, serta manfaat jangka panjang dari pendidikan matematika yang baik.

Pentingnya Pengenalan Matematika pada Anak Usia Dini

Membangun Keterampilan Dasar: Pengenalan konsep dasar seperti angka, bentuk, dan pola sangat penting untuk membantu anak memahami dunia di sekitar mereka. Keterampilan ini menjadi fondasi bagi pembelajaran matematika yang lebih kompleks di kemudian hari[2].

Mengembangkan Keterampilan Kognitif: Melalui aktivitas matematika, anak-anak belajar untuk berpikir kritis dan kreatif. Mereka diajarkan untuk memecahkan masalah dan menggunakan logika dalam situasi sehari-hari[5].

Meningkatkan Kepercayaan Diri: Ketika anak-anak berhasil memahami konsep-konsep matematika, mereka merasa lebih percaya diri dalam kemampuan mereka. Ini dapat berkontribusi pada sikap positif terhadap pembelajaran di masa depan[1].

Metode Pembelajaran Matematika untuk Anak Usia Dini

Permainan Edukatif: Menggunakan permainan yang melibatkan angka dan bentuk dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan game edukasi digital dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar matematika pada anak usia dini[1]. Contohnya adalah permainan “Sea Animal Games” yang berhasil meningkatkan pemahaman matematika dasar anak-anak.

Aktivitas Praktis: Melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika, seperti menghitung jumlah buah saat berbelanja atau mengukur bahan saat memasak, memberikan pengalaman belajar yang nyata dan relevan[6].

Penggunaan Alat Peraga: Alat peraga seperti blok bangunan, puzzle, atau gambar dapat membantu anak memvisualisasikan konsep matematika. Ini membuat pembelajaran lebih interaktif dan menarik[4].

Cerita dan Lagu: Menggunakan cerita atau lagu yang mengandung elemen matematika dapat membantu anak-anak mengingat konsep dengan lebih baik. Misalnya, lagu tentang menghitung atau cerita yang melibatkan pengukuran dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan[3].

Konsep Matematika yang Dikenalkan kepada Anak Usia Dini

Pengenalan konsep matematika pada anak usia dini mencakup beberapa aspek penting:

Konsep Angka: Anak-anak diperkenalkan pada angka melalui pengenalan angka kardinal (jumlah) dan ordinal (urutan). Ini membantu mereka memahami bagaimana menghitung dan membandingkan jumlah benda[2].

Pola dan Hubungan: Mengembangkan kemampuan mengenali pola adalah bagian penting dari pembelajaran matematika awal. Anak-anak belajar untuk mengidentifikasi pola dalam bentuk, warna, dan ukuran[4].

Geometri: Pengenalan bentuk geometri dua dimensi dan tiga dimensi membantu anak-anak memahami ruang dan hubungan antar objek. Aktivitas seperti menggambar atau membangun dengan blok dapat mendukung pemahaman ini[5].

Pengukuran: Mengajarkan konsep pengukuran melalui aktivitas praktis seperti mengukur panjang atau berat benda sehari-hari memberikan pengalaman langsung bagi anak-anak untuk memahami ukuran dan skala[2].

Pengumpulan dan Pengaturan Data: Anak-anak juga diajarkan cara mengumpulkan data sederhana dan menyusunnya dalam bentuk grafik atau tabel, sehingga mereka dapat memahami informasi secara visual[6].

Manfaat Jangka Panjang dari Pendidikan Matematika Awal

Persiapan untuk Pendidikan Selanjutnya: Anak-anak yang memiliki dasar matematika yang kuat cenderung lebih siap menghadapi tantangan akademis di sekolah dasar dan seterusnya[3]. Mereka memiliki kemampuan untuk memahami materi pelajaran yang lebih kompleks.

Keterampilan Hidup: Keterampilan matematis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pengelolaan keuangan pribadi dan pengambilan keputusan[5]. Dengan memiliki pemahaman matematis yang baik, anak-anak akan lebih mampu menghadapi tantangan hidup.

Karier di Masa Depan: Banyak bidang karier yang membutuhkan pemahaman matematika yang baik, termasuk ilmu komputer, teknik, ekonomi, dan banyak lagi[1]. Pendidikan matematika awal dapat membuka peluang bagi anak-anak untuk mengeksplorasi berbagai jalur karier di masa depan.

Tantangan dalam Pembelajaran Matematika untuk Anak Usia Dini

Meskipun pentingnya pendidikan matematika sudah jelas, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi:

Kurangnya Sumber Daya: Banyak sekolah tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mengajarkan matematika dengan cara yang menarik dan interaktif[6]. Hal ini dapat menghambat proses belajar anak.

Peran Orang Tua: Keterlibatan orang tua sangat penting dalam mendukung pembelajaran matematika di rumah. Namun, tidak semua orang tua memiliki pengetahuan atau keterampilan untuk mengajarkan konsep-konsep ini dengan efektif[3].

Metode Pengajaran Tradisional: Beberapa pendidik masih menggunakan metode pengajaran tradisional yang kurang menarik bagi anak-anak. Ini dapat menyebabkan kurangnya minat dan motivasi belajar di kalangan siswa[4].

Pendidikan matematika untuk anak usia dini adalah investasi penting bagi masa depan mereka. Dengan memperkenalkan konsep-konsep dasar melalui metode yang menyenangkan dan interaktif, kita dapat membantu anak-anak membangun fondasi yang kuat untuk pembelajaran selanjutnya. Penting bagi pendidik dan orang tua untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung agar anak-anak merasa senang belajar matematika.

Melalui pendekatan yang tepat, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya memiliki keterampilan matematis yang baik tetapi juga cinta terhadap pembelajaran sepanjang hayat. Mari kita dukung perkembangan keterampilan matematis anak-anak kita agar mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan kompeten dalam menghadapi tantangan di dunia yang semakin kompleks ini.

 

Referensi

Amalina (2020). "Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini Di Masa Pandemi COVID-19 Tahun 2020." Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.

Rachmawati (2008). "Bahan Ajar Diklat Pendidik Anak Usia Dini; Matematika Untuk Anak Usia Dini."

Wulansuci & Kurniati (2019). "Pembelajaran Calistung ( Membaca , Menulis , Berhitung) Dengan Resiko Terjadinya Stress Akademik Pada Anak Usia Dini." Jurnal Tunas Siliwangi.

Warmansyah (2016). "Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika." Jurnal Pendidikan Usia Dini.

Lubis et al. (2021). "Permainan Matematika Dan Sains Kreatif Bagi Anak Usia Dini Di TK IT An Najah Takengon."

 


Monday, December 23, 2024

Metode Sorogan dalam Pembelajaran Matematika

Metode Sorogan dalam Pembelajaran Matematika



Metode sorogan adalah pendekatan pembelajaran yang berasal dari tradisi pesantren di Indonesia, yang menekankan pada pembelajaran individual di mana siswa belajar di hadapan guru. Dalam konteks pembelajaran matematika, metode ini memiliki sejumlah keunggulan dan tantangan yang perlu diperhatikan.

Karakteristik Metode Sorogan

1.Pembelajaran Individual: Siswa diberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan langsung dari guru, sehingga mereka dapat mengeksplorasi dan memahami konsep matematika dengan lebih mendalam[1].
2. Interaksi Langsung: Proses belajar dilakukan secara tatap muka, memungkinkan guru memberikan umpan balik secara langsung dan segera mengatasi kesalahan pemahaman siswa[2].
3. Fokus pada Pemahaman Konsep: Metode ini mendorong siswa untuk tidak hanya menghafal rumus, tetapi juga memahami konsep dasar di balik materi yang dipelajari[3].

Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Matematika

Penelitian menunjukkan bahwa metode sorogan efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Sebuah studi di SMP 3 Sewon menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan metode sorogan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi aljabar dibandingkan dengan metode konvensional[1].

Langkah-langkah Implementasi

1. Persiapan Materi: Guru memilih materi yang akan diajarkan dan menyiapkan sumber belajar yang relevan.
2. Pengaturan Kelas: Siswa dibagi menjadi kelompok kecil atau belajar secara individu, tergantung pada jumlah siswa dan kompleksitas materi.
3. Proses Pembelajaran: Siswa maju satu per satu untuk membaca atau menyelesaikan soal di depan kelas, sementara guru memberikan penjelasan dan bimbingan.
4. Umpan Balik: Setelah setiap sesi, guru memberikan umpan balik untuk membantu siswa memperbaiki kesalahan dan memperdalam pemahaman mereka[4].

Keuntungan Metode Sorogan
- Meningkatkan Kemandirian Belajar: Siswa dilatih untuk bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri, yang dapat meningkatkan motivasi dan kemandirian mereka dalam belajar[2].
- Peningkatan Pemahaman Konsep: Penggunaan metode sorogan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika secara signifikan dibandingkan dengan metode ceramah tradisional[1][4].
- Adaptabilitas: Metode ini dapat disesuaikan dengan berbagai tingkat kemampuan siswa, sehingga dapat membantu siswa dengan kemampuan di bawah standar[3].

Tantangan dalam Penerapan

Meskipun memiliki banyak keunggulan, penerapan metode sorogan juga menghadapi beberapa tantangan:

- Keterbatasan Waktu: Proses pembelajaran yang memerlukan interaksi langsung bisa memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan metode konvensional[2].
- Kesiapan Guru: Tidak semua guru mungkin terbiasa dengan pendekatan ini, sehingga diperlukan pelatihan dan dukungan untuk implementasi yang efektif[3].
- Variasi Kemampuan Siswa: Dalam kelas dengan variasi kemampuan yang besar, mungkin sulit untuk memastikan semua siswa mendapatkan perhatian yang cukup[4].

Kesimpulan

Metode sorogan merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif dalam konteks pendidikan matematika, terutama dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemandirian belajar siswa. Dengan penerapan yang tepat dan dukungan dari guru, metode ini dapat menjadi alternatif yang baik untuk meningkatkan hasil belajar di kelas.

Citations:
[1] http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7262/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
[2] http://repositori.unimma.ac.id/4318/1/19.0401.0080_COVER_BAB%20I_BAB%20II_BAB%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
[3] https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10093/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
[4] https://www.researchgate.net/publication/327034634_EFEKTIVITAS_METODE_SOROGAN_BERBANTUAN_TUTOR_SEBAYA_TERHADAP_PEMAHAMAN_KONSEP_MATEMATIKA
[5] https://repository.radenintan.ac.id/4427/1/SKRIPSI%20FULL.pdf

Sunday, December 8, 2024

Introduction to Deep Learning in Education




Introduction to Deep Learning in Education

Deep learning represents a transformative approach in education, fundamentally altering the roles of students, teachers, and families while promoting global competencies such as character, citizenship, collaboration, communication, creativity, and critical thinking. This educational innovation seeks not only to enhance individual learning experiences but also to address systemic challenges within educational environments globally. The framework outlined in "Introduction to Deep Learning" emphasizes the necessity of a comprehensive model that can facilitate significant changes across entire educational systems rather than isolated improvements in select schools or districts[1].

The Need for Transformation

The current educational landscape often fails to meet the needs of all learners, particularly those from marginalized backgrounds. As noted in the text, the traditional education system serves only a minority effectively, leaving many students disengaged and unprepared for the complexities of modern society. The authors argue that deep learning is essential for fostering a proactive relationship with the world, enabling learners to act upon and transform their realities[1]. This perspective aligns with Paulo Freire's assertion that education should empower individuals to engage critically with their surroundings and pursue a richer life collectively[1].

Deep Learning Framework

The framework for deep learning is structured around three core components:

1. Engagement with Global Issues: Deep learning encourages students to connect their learning to significant global challenges, fostering a sense of purpose and relevance in their studies.
2. Collaborative Inquiry: This approach emphasizes collaboration among students, teachers, and communities to explore and address complex problems collectively.
3. Cultural Transformation: Rather than merely implementing new programs, deep learning seeks to shift the underlying culture of educational institutions, promoting practices that support continuous improvement and adaptability[1].

Implementation Challenges

Despite its promise, implementing deep learning faces substantial barriers. These include entrenched policies that favor traditional testing regimes and an increasing disparity in educational equity. The authors highlight that while technology can enhance learning experiences, it must be integrated thoughtfully to avoid widening existing inequalities[1]. Furthermore, they stress the importance of leveraging insights from practitioners within the system rather than relying solely on external research[1].

Global Collaboration

The book outlines initiatives undertaken in partnership with over 1,200 schools across seven countries as part of the New Pedagogies for Deep Learning (NPDL) initiative. This collaborative effort aims to create a living laboratory for educational transformation by engaging various stakeholders at local, district, and governmental levels. By fostering a shared commitment to deep learning principles, these partnerships aim to cultivate an environment where innovative practices can thrive[1].

Conclusion

Deep learning is positioned as a critical response to the challenges facing contemporary education systems. By integrating global competencies into the curriculum and fostering a culture of inquiry and collaboration, deep learning has the potential to bridge the gap between excellence and equity in education. As society confronts increasingly complex challenges, embracing this holistic approach may be essential for preparing future generations to thrive both individually and collectively[1].

Citations:
[1] https://ppl-ai-file-upload.s3.amazonaws.com/web/direct-files/35139693/43a8b5cf-0339-4906-a7df-b90826112866/Introduction-Deep-Learning.pdf

Sunday, December 1, 2024

Deep Learning : Pendekatan Pembelajaran yang Mendalam

Oleh :Ahmad Isroil




Kurikulum Deep Learning: Pendekatan Pembelajaran yang Mendalam

Kurikulum Deep Learning merupakan inovasi dalam sistem pendidikan yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui pengalaman belajar yang lebih mendalam dan bermakna. Gagasan ini diusulkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, sebagai respons terhadap kebutuhan untuk mengurangi beban materi pelajaran yang terlalu banyak, sambil tetap mempertahankan kedalaman pemahaman siswa terhadap konsep-konsep utama[1][2].

Pengertian Kurikulum Deep Learning

Kurikulum Deep Learning bukan sekadar kurikulum baru, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada tiga pilar utama:

1. Mindful Learning (Pembelajaran Sadar): Memperhatikan latar belakang dan kebutuhan individu siswa, serta mendorong mereka untuk aktif berdiskusi dan bereksperimen.
2. Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna): Membantu siswa memahami alasan di balik materi yang dipelajari, sehingga mereka dapat mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan): Menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran[1][4].

Perbedaan dengan Surface Learning

Salah satu aspek penting dari pendekatan ini adalah perbedaannya dengan Surface Learning (Pembelajaran Permukaan). Dalam Surface Learning, siswa cenderung hanya menghafal informasi tanpa memahami konsep secara mendalam. Sebaliknya, Deep Learning mendorong siswa untuk berpikir kritis dan menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman nyata[4].

Manfaat Kurikulum Deep Learning

Implementasi Kurikulum Deep Learning memiliki sejumlah manfaat signifikan:

Pengembangan Keterampilan Kritis: Siswa didorong untuk berpikir kritis dan mengeksplorasi materi secara lebih mendalam.
Penerapan Pengetahuan: Siswa dapat mengaitkan pembelajaran dengan situasi dunia nyata, meningkatkan relevansi pengetahuan yang diperoleh.
Keterlibatan Aktif: Pendekatan ini mengharuskan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, bukan hanya pasif menerima informasi.
Peningkatan Keterampilan Kolaborasi: Mendorong kerja sama dalam proyek, yang membantu siswa mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi[2][4].

Penerapan Kurikulum Deep Learning di Kelas

Contoh penerapan Kurikulum Deep Learning dalam kelas dapat berupa proyek di mana siswa menciptakan suatu karya sambil menghitung biaya dan bahan-bahan yang diperlukan. Melalui proyek ini, mereka tidak hanya belajar teori tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung tentang bagaimana ilmu yang mereka pelajari dapat diterapkan dalam kehidupan nyata[4].

Kesimpulan

Kurikulum Deep Learning menawarkan pendekatan yang lebih komprehensif dalam pendidikan, dengan fokus pada pengembangan pemahaman mendalam dan aplikasi praktis dari pengetahuan. Dengan sinergi antara kebebasan belajar dalam Kurikulum Merdeka dan kedalaman pemahaman melalui Deep Learning, diharapkan dapat menciptakan generasi pelajar yang tidak hanya pintar secara akademis tetapi juga bijak dalam mengambil keputusan di dunia nyata[3].

Resume di atas bersumber dari :
[1] https://kumparan.com/ragam-info/pengertian-kurikulum-deep-learning-beserta-contohnya-23sKAeZ0XXW
[2] https://jogja.viva.co.id/edukasi/1247-heboh-ganti-kurikulum-lagi-kenali-deep-learning-yang-digagas-mendikdasmen
[3] https://www.kompas.id/baca/opini/2024/11/27/bisakah-deep-learning-menyempurnakan-kurikulum-merdeka
[4] https://fahum.umsu.ac.id/blog/pengertian-deep-learning-diperkirakan-sebagai-pengganti-kurikulum-merdeka-belajar/
[5] https://tirto.id/arti-kurikulum-deep-learning-dalam-pembelajaran-contohnya-perbedaan-machine-learning-g5xh
[6] https://www.detik.com/edu/sekolah/d-7630408/mendikdasmen-deep-learning-ful-ful-bukan-kurikulum-tapi-pendekatan-belajar
[7] https://www.tribunnews.com/nasional/2024/11/08/apa-itu-kurikulum-deep-learning-dicanangkan-mendikdasmen-jadi-pengganti-kurikulum-merdeka
[8] https://pendidikan-sains.fmipa.unesa.ac.id/post/mengintegrasikan-deep-learning-dalam-kurikulum-sekolah-peluang-dan-tantangan
[9] https://www.liputan6.com/hot/read/5776596/apa-itu-kurikulum-deep-learning-begini-bocoran-mendikdasmen

LATIHAN SAS MATEMATIKA

Belajar Matematika


Tempat pengumpulan 
Kelas XI - 1

Wednesday, July 10, 2024

Kumpulan Modul Ajar Matematika SMA SMK Kurikulum Merdeka




Belajar Matematika
TP ATP Matematika
TP ATP Matematika Tingkat Lanjut
Modul Ajar Matematika
Modul Ajar Matematika Tingkat Lanjut
Perangkat Pembelajaran Matematika SMA
Monggo boleh di-ATM Amati Tiru Modifikasi sesuai dengan ATP kita

Berikut link nya

Kelas XII :
Matematika Unduh Disini


Matematika Tingkat Lanjut Unduh Disini



Kelas XI :
Matematika Unduh Disini


Matematika Tingkat Lanjut Unduh Disini



Perangkat bapak/ibu : Unduh Disini


Saturday, June 15, 2024

Kumpulan Buku Matematika SMA SMK MA Kurikulum Merdeka


MATEMATIKA KELAS X 
MATEMATIKA KELAS XI

MATEMATIKA KELAS XII

Matematika Tingkat Lanjut XI

Matematika Tingkat Lanjut XII

Saturday, May 25, 2024

Friday, October 13, 2023

Sunday, September 24, 2023

Try Out SNBT Statistika



SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan
Kelas XII MIPA 1

Kelas XII MIPA 2


SMA Negeri 1 Babat
Kelas XII MIPA 4


Kumpulan Soal SNBT dan Ujian Mandiri Unduh disini





Monday, September 4, 2023

BUKU MATEMATIKA KURIKULUM MERDEKA 2023

BUKU PANDUAN GURU MATEMATIKA TINGKAT LANJUT KELAS XI


BUKU SISWA MATEMATIKA TINGKAT LANJUT KELAS XI 


BUKU PEGANGAN GURU MATEMATIKA KELAS XI


BUKU SISWA MATEMATIKA KELAS XI


Thursday, July 27, 2023

Materi Ajar Polinomial Atau Suku Banyak

Belajar Matematika
Materi ajar ini merupakan Implementasi dari pembelajaran berdiferensiasi 
sehingga dihrapkan mampu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sesuai dengan kebutuhan peserta didik
 

Popular Posts

Total Pageviews