PENGELOLAAN
PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
Apa itu kepemimpinan murid
(student agency)?
Konsep
kepemimpinan murid sebenarnya berakar
pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif
mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kepemimpinan
murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan
refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan.
Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta
pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang
ditentukan oleh orang lain.
Ketika
murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka
berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka
mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih
mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini,
murid-murid akan secara alamiah
mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar).
Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat penting, yang
dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat
ini.
Apa itu pengelolaan program yang
berdampak positif pada murid?
Program
yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam
mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga
potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Pengelolaan program yang berdampak positif
pada murid yang mengajak para guru untuk
berefleksi dan melihat kembali perspektif atau cara pandang kita tentang
program yang berdampak positif pada murid. Program-program sekolah, baik
program intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstra kurikuler dapat mendorong
kepemimpinan murid (student agency).
Mendorong
kepemimpinan murid dalam program sekolah tidak hanya murid belajar menjadi
individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif tetapi juga
memiliki pengalaman dan kebermaknaan diperoleh dari proses belajar selama
mengikuti program-program sekolah. Hal ini akan memberikan bekal murid menjadi
seorang pembelajar sepanjang hayat berdampak positif dari proses belajar yang
dilalui dan tentunya akan dapat terus dirasakan oleh murid di sepanjang
hidupnya.
Bagaimana perasaan Anda
setelah mempelajari modul ini?
Sesudah
mempelajari materi pengelolaan program yang berdampak positif pada murid,
penulis semakin tahu dan sadar bahwa tugas guru adalah membimbing dan menuntun
murid agar mereka mampu memimpin proses belajarnya sendiri sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Semakin percaya diri untuk melakukan
kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid untuk menguatkan kepemimpinan
murid (student agency) terutama mengaitkan penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Dimana murid mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat
pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan
rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan
pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil
proses belajarnya.
Guru
harus sadar dan terencana terus terbangun dan menguatkan kepemimpinan murid
(student agency) dengan memberikan ruang dan melibatkan murid dalam memberikan
suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) murid.
Memberdayakan murid saat program sekolah
direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sehingga terwujudnya lingkungan yang
menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
Guru
menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran, mengupayakan
terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang mampu
menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri dan menerapkan konsep
kepemimpinan murid dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Apa intisari yang Anda
dapatkan dari modul ini?
Pentingnya
kepemimpinan murid (student agency)
dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, yaitu berakhlak mulia,
berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.
Murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran sebenarnya memiliki suara
(voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership). Lewat suara, pilihan,
dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi
seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.
Tugas guru menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid
memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat
yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana
mereka merefleksikan tindakan mereka.
Lingkungan
yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik,
yaitu 1) Menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan
merasakan emosi yang positif, 2) Keterampilan berinteraksi sosial secara
positif, 3) Keterampilan dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun
non-akademik, 4) Menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat
dan lingkungan di sekitarnya, 5) Membuka wawasan menentukan dan menindaklanjuti
tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan
kepentingan individu, kelompok, maupun golongan, 6) Menempatkan murid
sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri, 7)
Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah
kesempitan dan kesulitan.
Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara
Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?
Pengelolaan
program sekolah tentunya harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu melakukan
langkah-langkah berupa merancang dan mengelola program sekolah secara cermat
dan tepat. Keterkaitan modul ini dengan modul-modul sebelumnya saling mendukung
dan melengkapi dalam proses pembelajaran berpihak pada murid.
Modul
1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara. Guru mempunyai peran strategis untuk menuntun
segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat
sebagai individu masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang
berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan
potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah
pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai
dengan kodratnya.
Modul
1.2 Nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai dari seorang guru penggerak
yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai
dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk
mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan
perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di
kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan
program sekolah yang berpihak pada murid.
Modul
1.3 Visi guru penggerak. Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada
perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai
perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan.
Manajemen pendekatan perubahan disebut Inkuiri Apresiatif (IA). Dalam
merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan
menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu
memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi
yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada
murid.
Modul
1.4. Budaya Positif. Lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan
profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani,
guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan
mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat
alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid.
Modul
2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Guru dapat menggunakan
pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan layanan pembelajaran yang
berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas
beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan
pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan
terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.
Modul
2.2 Pembelajaran emosional dan sosial. Guru dilatih dan diasah untuk mampu
mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Teknik kesadaran diri
(mindfulness) menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional
yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka
belajar dan budaya positif di sekolah.
Modul
2.3, Coaching untuk supervisi akademik. Coaching sebagai teknik atau strategi
seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang
dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang
dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada
murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber
daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk
mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak
setinggi-tingginya.
Modul
3.1 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan seorang
pemimpin. Guru sebagai seorang pemimpin
pembelajaran dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang
berpihak pada murid. Dasar, prinsip, paradigma atau nilai dalam pengambilan
keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan
moral.
Modul
3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah
harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik
aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based
thinking) akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah
sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis
masalah/kekurangan (deficit based thinking). Paradigma berpikir harus melihat
sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang
dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana
dengan baik.
Modul
3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid. Pengembangan sekolah
dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki sekolah. Yaitu modal
manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial,
modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya
yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset
tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di
sekolah.
Jelaskan perspektif program
yang berdampak positif pada murid dan bagaimana program atau kegiatan sekolah harus direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi agar program dapat berdampak positif pada murid?
Program
yang berdampak positif pada murid adalah inisiasi dan dan pengelolaan sekolah
yang melibatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan
mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan. Akhirnya terwujudkan rasa bahagia
dan sejahtera (well-being) dan budaya positif di sekolah. Kodrat anak yang
memiliki ragam potensi dan bakat dapat tergali dan dituntun menuju kepada
kebahagian yang setinggi-tingginya. Mengenali program atau kegiatan sekolah
dengan perencanaan, pelaksanaan dan refleksi evaluasi dilakukan secara
kolaboratif dan memberdayakan aset/kekuatan sumber daya yang dimiliki sekolah.
Akhirnya dampak positif pada murid sebagaimana yang diharapkan terpenuhi secara
menyeluruh.
Perencanaan
program dilaksanakan secara kolaboratif berdasarkan kebutuhan murid dengan
mewujudkan lingkungan karakteristik yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid
didukung sumber daya, aset, modal, potensi, kekuatan yang dimiliki sekolah
melalui prakarsa perubahan dengan paradigma inkuiri apresiatif BAGJA,
memberikan ruang murid pada suara, pilihan dan kepemilikan.
Pelaksanaan
program atau kegiatan ini memberdayakan murid untuk menjadi pemimpin dalam
proses belajarnya sendiri. Murid mampu mempromosikan suara, pilihan,
kepemilikan sendiri melalui proses yang memerdekakan sehingga murid mampu
menjadi agen perubahan dan guru menjadi mitra belajar murid dengan menuntun dan
memberikan umpan balik (feedback) atas capaian perkembangan belajar murid.
Evaluasi
terhadap program atau kegiatan ini maka guru dan murid berkolaboratif melakukan
penilaian, refleksi evaluasi secara menyeluruh, sistematism, berkala dan
berkelanjutan untuk mengukur seberapa efektif dampak positif yang diharapkan
muncul. Kegiatan reflektif evaluasi untuk mengetahui apakah program atau
kegiatan sudah efektif memenuhi tujuan yang diharapkan dan apakah program atau
kegiatan telah mampu menumbuhkembangkan kepemimpian murid (suara, pilihan,
kepemilikan).
Fact (fakta)
Setelah
melalui minggu ke-24 Program Guru Penggerak ini,banyak ilmu yang dapatkan,
terutama dalam hal manajemen waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sempat
tertunda. Minggu ini adalah minggu terakhir pembelajaran modul 3.3 tentang
pemimpin dalam pengelolan program yang berdampak pada murid. Modul ini
merupakan paket modul terakhir pembelajaran Calon guru penggerak Angkatan ke 7 Kabupaten Lamongan melalui LMS.
Activity
minggu ini adalah dimulai dengan ruang kolaborasi 1 , dan ruang kolaborasi 2
bersama rekan rekan CGP dipandu oleh fasilitator kami. Kemudian berlanjut
dengan Refleksi Terbimbing dan Demonstrasi Kontekstual. Demonstrasi kontekstual
merupakan rancangan program yang berdampak pada murid dengan menggunakan
pemenuhan tahapan BAGJA .
BAGJA
merupakan singakatan dari buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi
jabarakan rencana dan atur eksekusi. Setelah penyelesaian demonstrasi
kontekstual, selanjutnya kami CGP Angkatan ke 4 Kabupaten Tulungagung
menggambarkan kaitan antar materi dalam modul 3.3 yang biasa kami sebut dengan
istilah koneksi antar materi. Koneksi ini berisikan tentang penjelasan judul
latar belakang serta keterkaitan dengan modul sebelumnya. Keterkaitan dengan
materi sebelumnya adalah pemetaan sumberdaya dengan program sekolah.
Dimana
asset yang dimilki oleh sekolah perlu dikelola dengan baik untuk menggali
potensi yang ada pada murid sehingga maksimalisasi pendidikan tercapai sesuai
kodrat alam dan zaman murid sebagaimana cita-cita Ki Hajar Dewantara bapak
pendidikan Nasional.Asset sekolah adalah modal manusia,modal sosial, modal
fisik, modal lingkungan,modal financial,modal politik, modal agama dan budaya.
Feelings (Perasaan)
Yang
saya rasakan pada minggu ke dua ini adalah minggu yang membahagiakan sekaligus
menyedihkan.Membahagiakan karena meskipun banyak tugas yang harus saya
kerjakan, dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan saya senantiasa diberikan
kesehatan oleh Alloh,Alhamdulillah… Jika pikiran diibaratkan sebuah gelas,
berusaha saya kosongkan supaya saya bisa menerima ilmu yang saya pelajari dari
PGP ini. Saya berupaya akan adanya perubahan sebagai guru sebelum dan sesudah
mengikuti PGP karena tugas sebagai Guru Penggerak sangatlah luar biasa yaitu
untuk mengimplementasikan Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid.Adapun
hal yang menyedihkan adalah pada minggu ini merupakan vicon terakhir kami
dengan Fasilitator kami yang selama kami menjalani program guru penggerak
selalu sabar dan juga telaten membimbing kami dalam mengerjakan tugas-tugas di
LMS. Meskipun kami belum pernah bertemu dengan beliaunya secara langsung, akan
tetapi kedekatan rasa persaudaraan antara Fasilitator dan semua CGP di kelas kami
terasa mendalam. Semoga suatu saat nanti kami para CGP dari Kabupaten Lamongan
terutama kelas 72 dipertemukan dengan beliaunya secara langsung dalam keadaan
sehat walafiat, Amin.
Findings (Pembelajaran)
Modul
3.3 ini menambah pemahaman saya dan CGP lain bahwa sebuah program yang
dirancang dan dibuat perlu termuat contents voice/suara, choice/pilihan dan
ownership/kepemilikan murid. Step yang dilakukan dalam membuat program yang
berdampak pada murid adalah dengan maping asset/ strengthness / potensi yang dimiliki
oleh sekolah dengan tepat. Maping asset yang tepat akan memudahkan optimalisasi
program berjalan dengan lancar tentunya membantu meminimalisir kendala.
Optimalisasi asset yang benar tentunya memudahakan dalam mewujutkan visi-dan
misi sekolah.
Modul
ini juga menambah wawasan kami CGP untuk mengelola sebuah program yang
berdampak pada murid dengan strategi MELR( monitoring, evaluation, learning and
reporting). Selain dari itu kami juga di ajarkan pentingnya mengkaji SWOT
(strengths,weakness,opportunities,threats) pada rencana program yang dibuat.
Analisis SWOT (kekuatan,kelemahan,peluang dan ancaman) ini pun bermamfaat untuk
meminimalisir resiko dalam menjalankan program yang berdampak pada murid di SMA
Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan.
Pembelajaran
modul 3.3 ini merupakan point yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
pembelajaran dalam rangka lebih berkreasi dan berinovasi serta bersinergi untuk
mengembangkan asset yang ada di sekolah. Program yang terkelola dengan baik
akan berdampak pada merdeka belajar dan tentunya akan melahirkan murid yang
berprofil pelajar Pancasila.
Future (Penerapan)
Rencana
kedepan dengan materi yang sudah didapat sebagai CGP akan sharing dengan rekan
sejawat dan mengimplementasikan yang saya dapat di sekolah. Dalam menyusun
sebuah program yang dirancang tentunya perlu termuat contents voice/suara,
choice/pilihan dan ownership/kepemilikan murid. Jika ada kendala yang didapat
kami CGP sudah tahu bagaimana meminimalisir resiko yang didapat.
Salam Guru Penggerak!