PENGAMBILAN
KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN
Salah
satu materi yang saya terima dalam Pendidikan Guru Penggerak adalah materi
pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Materi
ini sungguh memberikan pemahaman dan paradigma baru dalam diri saya sebagai
seorang pendidik dalam pengambilan keputusan, terutama pengambilan keputusan
yang berpihak pada murid. Maka pada kesempatan ini saya akan berbagi pemahaman
melalui sebuah rangkuman, sekaligus sebagai pemenuhan tugas Koneksi Antar
Materi, salah satu tugas yang wajib saya kerjakan dalam Pendidikan Guru
Penggerak.
Pengambilan
keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin merupakan sebuah
proses keterampilan dalam menentukan sebuah pilihan keputusan dari berbagai
alternatif yang ada untuk mencapai sebuah tujuan tertentu yang didasari dengan
nilai kebajikan yang dimiliki seorang pemimpin. Beberapa hal penting yang perlu
diketahui dalam pengambilan keputusan meliputi bujukan moral dan dilema etika,
unsur dasar pengambilan keputusan, paradigma dilema etika, prinsip pengambilan
keputusan, serta langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Unsur Dasar Pengambilan
Keputusan
Terdapat
3 unsur dasar pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran, yaitu berpihak pada murid, berdasarkan
nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala
konsekuensi dari keputusan yang diambil. Sesulit apapun keputusan yang harus
diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, maka seorang pemimpin perlu
mendasarkan keputusan berdasarkan pada ketiga unsur tersebut.
Bujukan Moral dan Dilema Etika
Dilema
etika merupakan sebuah dilema yang muncul dari permasalahan-permasalahan yang
menjadi pertimbangan pengambilan keputusan, dimana permasalahan-permasalahan
tersebut tergolong permasalahan yang berasal dari sebuah kebenaran. Dengan kata
lain, dilema etika merupakan dilema antara benar melawan benar. Keputusan yang
diambil seorang pemimpin tidak selalu dihadapkan oleh pertimbangan atau
permasalahan yang sama-sama benar, ada sebuah isitilah yang disebut bujukan
moral yaitu sebuah dilema permasalahan yang dihadapi dimana satu pihak adalah
benar sementara pihak yang lain adalah salah, dalam hal ini salah berdasarkan
legalitas atau regulasi yang berlaku. Dengan kata lain bujukan moral merupakan
sebuah permasalahan yang muncul antara benar melawan salah. Perlu diketahui
bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika, ada kalanya
masalah yang kita hadapi lebih berupa bujukan moral.
Paradigma Dilema Etika
Dilema
etika merupakan permasalahan yang menjadi pertimbangan keputusan dimana
permasalahan tersebut adalah sama-sama benar. Paradigma yang terjadi pada
situasi dilema etika meliputi; 1) paradigma individu lawan kelompok (individual
vs community), yaitu dilema tentang bagaimana membuat pilihan antara apa yang
benar untuk satu orang atau kelompok kecil, dan apa yang benar untuk kelompok yang lebih besar. Sebagai guru
terkadang kita juga harus membuat pilihan
seperti ini di dalam kelas. Satu kelompok siswa membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mengerjakan sebuah tugas, sementara ada kelompok lain yang
dapat menyelesaikannya dengan lebih cepat sehingga mereka sudah siap untuk
masuk ke pelajaran berikutnya, 2) Paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan
(justice vs mercy); dalam paradigma ini, pilihannya adalah antara mengikuti
aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk
berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat
pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang. Terkadang memang
benar untuk berpegang teguh pada peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian
juga tindakan yang benar, 3) paradigma kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty); Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang
bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur
atau setia (bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur
menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai
kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat
sebelumnya, dan 4) Paradigma jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs
long term), yaitu sebuah paradigma pengambilan keputusan dimana kita harus
memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik
untuk masa yang akan datang.
Prinsip pengambilan keputusan
atau prinsip dilema etika
Sebagai
seorang pemimpin hendaknya mampu menganalisis
3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur
dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip
yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah 1)
berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking) merupakan prinsip
pengambilan keputusan dimana keputusan dihasilkan untuk membahagaikan sebagian
orang-orang yang terdampak oleh keputusan, 2) berpikir berbasis peraturan
(rule-based thinking) merupakan prinsip pengambilan keputusan berdasarkan
prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan, dan 3) berpikir berbasis rasa
peduli (care-based thinking) adalah memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa
yang kita harapkan, yang orang lain lakukan terhadap kita. Berpikir berbasis
rasa peduli cenderung mengandalkan rasa kepedulian terhadap sesama dalam
menentukan keputusan. Hal yang perlu diperhatikan bahwa suatu pengambilan
keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai
tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita
perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan
pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak
pada murid.
Langkah Pengambilan dan
Pengujian Kepuitusan
Terdapat
9 langkah yang ditempuh dalam pengambilan dan pengujian keputusan meliputi; 1)
mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) menentukan siapa yang
terlibat dalam situasi ini, 3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini, 4) pengujian benar atau salah, 5) pengujian paradigma benar lawan
benar, 6) melakukan prinsip resolusi, 7) investigasi opsi trilema, 8) buat
keputusan, 9) lihat lagi keputusan dan refleksikan. Perlu diperhatikan bahwa
langkah-langkah ini adalah sebuah panduan, artinya bukan sebuah metode yang
kaku dalam penerapannya. Keberhasilan dalam pengambilan keputusan perlu diasah
sehingga kita bisa memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab berdasar nilai-nilai kebajikan.
Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin?
Bila
dikaitkan dengan dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka ing
ngarsa sung tulodha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, maka keputusan
yang diambil seorang pemimpin pembelajaran hendaknya merupakan keputusan yang
penuh dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan, serta
berpihak pada murid sehingga keputusan tersebut dapat dijalankan dan
diteladani, mampu menciptakan iklim yang kondusif dalam melahirkan prakarsa
atau ide, dan memunculkan motivasi tinggi dalam sebuah proses pembelajaan dan
pendidikan.
Bagaimana nilai-nilai yang
tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil
dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai
yang tertanam dalam diri seseorang akan berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang
diambil dalam pengambilan suatu keputusan karena sebuah keputusan merupakan
refleksi dari nilai-nilai moral dan etika yang dimiliki seseorang. Nilai-nilai
kebajikan yang dimiliki seseorang semacam kasih sayang, toleransi, tanggung
jawab, kejujuran, percaya, dan nilai-nilai kebajikan lainnya akan memberikan
peran besar ketika melakukan analisis atau melakukan pertimbangan terhadap
suatu masalah dalam menentukan keputusan.
Bagaimana
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan)
yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi
‘coaching’ yang telah dibahas
pada sebelumnya.
Keterampilan
pengambilan keputusan dapat diterapkan pada kegiatan coaching, yaitu khususnya
dalam menentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan pada coachee.
Keterampilan dalam menentukan pertanyaan hampir serupa dengan keterampilan
pengambilan keputusan, karena menentukan pertanyaan dalam coaching merupakan
bagian dari keputusan yang diambil coach saat kegiatan coaching. Kualitas
pertanyaan coaching dan kualitas pengambilan keputusan ini sama-sama akan
mempengaruhi arah dan tujuan yang hendak dicapai. Keduanya juga merupakan
ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya
terjadi, baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain.
Langkah-langkah dalam coaching dapat mengidentifikasi masalah apa yang
sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep
coaching dapat dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan
pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap hasil keputusan yang telah
diambil. Bimbingan dari pengajar praktik dan fasilitator telah membantu saya
dalam mempelajari masalah atau kasus-kasus dalam pengambilan keputusan terutama
dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai
kebajikan universal, serta merpertanggungjawabkan keputusan yang saya ambil.
Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Keterampilan
pengelolaan sosial emosional seorang guru adalah hal yang sangat penting dan
berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika.
Salah satu unsur keterampilan sosial emosional adalah pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab. Dengan kondisi sosial emosional yang baik, maka
diharapkan keputusan yang diambil merupakan keputusan terbaik dengan berbagai
pertimbangan yang telah dipikirkan dengan baik berdasarkan pilihan paradigma
dilema etika serta berdasarkan langkah-langkah pengambilan dan pengujian
keputusan yang baik pula.
Bagaimana pembahasan studi
kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang
dianut seorang pendidik?
Pembahasan
studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika pada intinya akan kembali
pada nilai-nilai yang dianut pada diri seorang pendidik. Hal ini terjadi karena
nilai-nilai tersebut akan terefleksi ke dalam berbagai penanganan masalah dan
keputusan yang diambil seorang pendidik. Jika nilai-nilai yang dianut
menunjukan nilai-nilai kebajikan, maka keputusan dalam penanganan masalah moral
dan etika akan menghasilkan keputusan yang senantiasa berpihak pada murid dan
dapat dipertanggungjawabkan. Sekolah merupakan institusi moral yang harus
senantiasa mengembangkan nilai moral dan etika murid yang lebih baik.
Sebagaimna diketahui bahwa nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak meliputi
reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Dengan
pertimbangan itu pula maka, seorang pendidik telah selayaknya mempertimbangkan
keterpihakan pada murid dalam setiap keputusan yang dibuatnya.
Bagaimana pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sebuah
keputusan yang baik harus berdasarkan prinsip yang tepat dengan pengambilan dan
pengujian yang cermat. Namun seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa
suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip
atau nilai-nilai tertentu dan telah berdasarkan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Maka
dari itu kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita
ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan
universal, serta berpihak pada murid sehingga keputusan itu nanti bisa
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di
lingkungan Anda?
Setiap
pendidik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menangani sebuah kasus
dilema etika. Hal ini tak bisa lepas dengan perbedaan paradigma yang dianut
setiap pendidik khususnya dalam pemahaman unsur dasar pengambilan keputusan dan
prinsip dilema etika, serta nilai-nilai yang dianut setiap pendidik. Hal ini
menyebabkan adanya tantangan-tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan
terkait dilema etika. Selain itu, ketegasan dan budaya sekolah yang kurang
berkomitmen dalam menjunjung tinggi keputusan bersama serta nilai-nilai
kebajikan juga menjadi kendala yang cukup berat dalam upaya penanganan kasus
dilema etika.
Apakah pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid
kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita
yang berbeda-beda?
Inti
dari pengajaran yang memerdekakan murid adalah memberi ruang kepada peserta
didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan gaya
belajarnya. Pengambilan keputusan seorang pendidik akan memberikan pengaruh
apabila keputusannya telah memberikan ruang dan kesempatan bagi siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi,
bakat, minat dan gaya belajarnya. Hal ini dapat terwujud dengan cara memberikan
pembelajaran yang berpihak pada murid melalui langkah-langkah seperti
pembelajaran diferensiasi dan pembimbingan keterampilan sosial emosional, serta
menciptakan pembelajaran yang memenuhi
kebutuhan belajar murid. Selain itu tenaga penddik perlu melakukan pengambilan
keputusan yang mendukung hal-hal tersebut dengan menciptakan budaya positf
dalam menjalankan visi dan misi sekolah, agar nantinya bisa menjadi teladan
bagi murid seperti yang tertuang dalam filosofi Ki Hajar Dewantara dengan
Pratap Triloka ing ngarsa sung tulodha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.
Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan murid-muridnya?
Keputusan
pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya. Hal ini terjadi karena kehidupan murid-murid di sekolah
merupakan embrio dari kehidupan masa dewasanya, sehingga pembelajaran di
sekolah merupakan tempat berlatih dan bertumbuh kembang untuk menjadi
pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil
keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya nanti. Maka perlu
dicermati sejak dini bahwa keputusan seorang pemimpin pembelajaran semaksimal
mungkin untuk memberikan keterpihakan pada murid dengan memberikan pelayanan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan
yang bisa saya tarik dari pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan
sebagai pemimpin ini adalah, sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mulai
mempertimbangkan dan menganalis dengan cermat semua keputusan yang telah
ataupun yang akan diambil sehingga benar-benar memenuhi unsur dasar pengambilan
keputusan, yaitu bertanggung jawab, berpihak pada murid, dan berdasarkan
nilai-nilai kebajikan universal dengan langkah, prinsip, dan analisis penuh
kebijkasanaan. Semua keputusan dibuat agar bisa memenuhi kebutuhan murid dengan
memberikan pembelajaran berdiferensiasi, tumbuh kembang sosial emosional, menciptkan
budaya positif, dan menerapkan pratap triloka Ki Hajar Dewantara. Mengutip dari
pernyataan Bob Talbert “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan
mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”, menunjukkan bahwa
mengajarkan segala pemahaman budi pekerti, karakter, moral, dan etika lebih
utama dibandingkan dengan pengajaran yang sekedar mengejar nilai kognitif dari
sebuah mata pelajaran. Georg Wilhelm
Friedrich Hegel menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat
manusia menjadi berperilaku etis. Hal ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya
untuk mengambil keputusan agar murid bisa memiliki karakter dan keterampilan
sosial emosional yang baik untuk meraih kebahagiaan di masanya nanti.
Sejauh mana pemahaman Anda
tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema
etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pemahaman
saya terkait dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan,
3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan, seperti yang telah saya uraikan pada awal pembahasan ini memberikan
pemahaman pada saya tentang arti pentingnya sebuah keputusan yang memberikan
dampak pada perkembangan tumbuh kembang murid. Sebagai pembelajar sepanjang
hayat, saya merasa masih terus belajar dalam pengambilan keputusan karena
berawal dari pembelajaran ini saya baru mengetahui dan diluar dugaan saya bahwa
pengembalin keputusan membutuhkan pertimbangan serta analisis pengujian yang
begitu detail.
Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi
moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di
modul ini?
Sebelum
mempelajari materi pengambilan keputusan ini saya banyak menemukan dan
mengambil keputusan dari berbagai kasus dilema etika sebagai seorang pemimpin
pembelajaran. Ternyata apa yang saya lakukan selama ini masih belum sesuai dari
seharusnya yang dilakukan dalam pengambilan keputusan. Selama ini saya hanya
mengandalkan beberapa pertimbangan dan analisis dangkal. Banyak langkah-langkah
pengujian yang belum saya lakukan secara detail dan menyeluruh.
Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam
mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak
yang saya rasakan dalam mempelajari pengambilan keputusan ini adalah saya
semakin mengetahui langkah dan cara pengambilan keputusan yang baik, tentunya
berpihak pada murid, bertanggung jawab serta berdasarkan nilai-nilai kebajikan.
Ke depannya, saya perlu melakukan pengambilan dengan berbagai pertimbangan seperti
yang diajarkan dalam konsep materi ini dengan hati-hati dan kebijaksanaan.
Seberapa penting mempelajari
topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang
pemimpin?
Materi
pembelajaran pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai sebagai pemimpin saya
rasa sangat penting bagi kita, baik sebagai individu maupun seorang pemimpin
pembelajaran. Mengingat pentingnya hal ini, maka setiap pendidik perlu memahami
dan mempelajari tentang-tentang praktik pembelajaran pengambilan keputusan
khususnya keputusan yang berpihak pada murid.
Facts (Peristiwa)
Kegiatan
Modul 3.1 ini diawali dengan kegiatan Pre Test. Setelah mengerjakan Pre Test
kegiatan dilanjutkan ke alur MERDEKA. Alur yang pertama mulai dari diri yang
dilaksanakan bersamaan dengan Pre Test. Pada alur ini, saya menjawab pertanyaan
pemantik mengenai maksud dari kutipan Bapak Mentri Pendidikan, Kebudayaan,
Ristek, dan Teknologi mengenai beban dan amanah kepemimpinan. Kegiatan
selanjutnya pada alur MERDEKA yaitu alur eksplorasi konsep. Alur eksplorasi
konsep ini dibagi menjadi dua kegiatan. Kegiatan yang pertama saya
mengeksplorasi sendiri pengetahuan saya melalui kegiatan membaca, mengomentari,
menjawab pertanyaan, dan menganalisis kasus mengenai 4 paradigma, 3 prinsip,
dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pada alur eksplorasi konsep
yang kedua saya melakukan diskusi dengan memilih salah satu kasus dari 4 kasus
yang tersedia mengenai dilema etika dan bujukan moral. Saya juga mengomentari
hasil analisis rekan CGP yang lain. Kegiatan selanjutnya yaitu alur ruang
kolaborasi yang pertama. Pada kegiatan ini saya mendapatkan pemahaman dan ilmu
mengenai pengambilan keputusan dari fasilitator. Kemudian fasilitator juga
memfasilitasi saya bersama CGP yang lain untuk berkelompok menganalisis kasus.
Saya bersama 3 rekan CGP lainnya menganalisis bersama-sama sebuah kasus dilema
etika yang pernah dialami oleh saya. Kemudian kami bersama-sama menyusun hasil
analisisnya untuk dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan
selanjutnya masih pada ruang kolaborasi. Pada ruang kolaborasi yang kedua saya
bersama rekan-rekan saya mempresentasikan hasil diskusi saya. Tugas saya pada
kegiatan ini yaitu menjawab pertanyaan dan menjadi penananggap hasil diskusi
kelompok lainnya. Kegiatan dilanjutkan pada demonstrasi kontekstual. Pada alur
ini saya dituntut untuk membuat sebuah wawancara bersama 2-3 kepala sekolah
mengenai pengambilan keputusan. Saya mewawancarai 2 kepala sekolah yaitu bapak
Drs. Sunardi, M.Si kepala SMA Negeri Babat, kemudian Bapak Nur Kakim, M.Pd.
selaku kepala SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan. Hasil wawancara tersebut
saya analisis dan buat laporan. Tahapan selanjutnya yaitu tahapan Elaborasi
Pemahaman. Pada tahapan ini saya mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai pengambilan keputusan yang dibimbing oleh instruktur.
Kegiatan selanjutnya yaitu koneksi antar materi. Pada kegiatan ini, saya
membuat hubungan antar materi yang sudah dipelajari mulai dari modul 1 sampai
modul 3.1 dengan cara menjawab 14 pertanyaan. Kegiatan yang terakhir adalah
aksi nyata. Saya membuat rancangan aksi nyata pada modul 3.1 ini yaitu dengan
melakukan desiminasi, membantu menyelesaikan masalah dengan membuat keputusan
berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, serta 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan.
Feelings (Perasaan)
Perasaan
saya ketika mempelajari modul 3.1 ini adalah saya merasa senang, tertantang,
dan penasaran. Saya merasa senang karena mendapatkan ilmu dan pengalaman dalam
menganalisis sebuah kasus serta membuat keputusan pada permasalahan yang
dihadapi. Saya merasa penasaran karena biasanya saya membuat keputusan tanpa
melaksanakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya juga merasa
tertantang untuk melakukan praktik baik mengenai modul 3.1 ini.
Findings (Pembelajaran)
Hal
yang bermanfaat yang saya dapatkan pada modul ini adalah mengenai 4 paradigma,
3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pembelajaran yang
saya dapatkan bahwa dalam pengambilan keputusan harus didasarkan pada
nilai-nilai kebajikan, membawa dampak positif, dan harus menganalisis terlebih
dahulu masalah tersebut masuk ke dalam dilema etika atau bujukan moral.
Future (Penerapan)
Penerapan
di masa mendatang, sebagai pemimpin pembelajaran saya akan melaksanakan
kegiatan diseminasi mengenai modul ini di sekolah kepada kepala sekolah beserta
dewan guru. Kemudian saya akan mencoba membuat keputusan dalam sebuah
permasalahan dengan menggunakan 9 langkah dan berdasarkan paradigma serta
prinsip pengambilan keputusan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.