MAKNA
FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA
Pada
dua minggu yang sudah saya lalaui sebagai CGP ini banyak ilmu dan pengalaman
dalam konteks pemikiran dan filosofi pendidikan menurut ki Hajar Dewantara.
dalam pekan ini ilmu tentang bagaimana mana memanusiakan manusia yang merdeka
secara lahir batin. penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang
memperhatikan kodrat alam dan kondrat zaman merupakan syarat wajib bagi pamong
atau pendidik di jaman sekarang dengan tujuan melakukan perubahan perubahan tranformasi
ke arah value atau nilai dari sebuah kehidupan yang merdeka lahir batin
Filosofi
pendidikan yang dikemukakan oleh tokoh timur ki hajar dewantara merupakan
filosofi yang sesuai dengan kebudayan bangsa indonesia dengan filosofi tersebut
seorang pamong haruslah menghamba kepada peserta didik. dimana seorang pamong
harus menjadi fasilitator, motivator dan inisiator bagi peserta didik atau
dilingkungan sekolah. Transformasi ini memerikan harapan bagi keberlangsungan
kebudayaan di lingkungan sekitar.
Ki Hajar Dewantara (KHD) menggambarkan secara detail dan
utuh pemikiran KHD tentang pendidikan. Filosofi KHD yang pertama mengartikan
pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat, menyadarkan kami para pendidik bahwa
untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka salah satu kunci untuk
mewujudkannya yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dapat menjadi ruang
berlatih, wadah bertumbuh kembangnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat
diteruskan atau diwariskan. Hal ini mengumpamakan pendidikan seperti energi,
dimana hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan melainkan energi hanya dapat diubah bentuk ke bentuk energi
lainnya. Untuk itulah, pendidik harus menjadi sumber energi positif bagi anak
didiknya agar dapat menyalurkan energi tersebut hingga akhirnya mereka mampu
mentransformasikan ke bentuk energi lain yang luar biasa.
Filosofi KHD yang kedua berkaitan dengan dasar-dasar pendidikan yang “menuntun”. KHD
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
karena itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup
dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Disinilah peran pendidik sebagai sumber
energi yang baik untuk anak-anak. Dalam konsep energi, setiap anak memiliki
energinya masing-masing. Sehingga pendidik dapat mengubah bentuk energi
tertentu menjadi energi lain yang lebih baik dan bermanfaat.
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, penulis mengibaratkan peran pendidik
seperti sumber energi positif bagi anak. Jika energi yang ditransfer oleh
pendidik positif maka yang diterima anak-anak pun positif. Sama hal nya pak
tani yang merawat tanaman, baik atau tidaknya tergantung tangan atau perlakuan
petani tersebut. Baik atau tidaknya perubahan laku murid tergantung bagaimana
pendidik mentransferkan energinya. Selama proses “menuntun”, anak diberi
kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan
agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’
dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam
belajar. Seperti saat kita mempunyai sumber energi dari panel surya. Butuh
peralatan lain yang harus dirancang dan dibuat agar panel surya tersebut dapat
merubah bentuk energi ke bentuk lainnya. Tidak akan terjadi hubung singkat
ataupun drop voltage jika perancang peralatan tersebut telah mendesain dan
membuat dengan baik dan benar.
Konsep pemikiran-pemikiran filosofis KHD ketiga sangat
relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang mengiringi kehidupan
anak-anak. Artinya pendidikan yang diberikan menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan atau potensi anak. Selain itu juga harus mengikuti perkembangan
zaman. Sama hal nya dengan perkembangan energi, dari lingkungan kemudian diubah
sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman. Pendidik harus mampu memberikan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak pada zamannya dengan memperhatikan
potensi dirinya. Salah satunya dengan
menerapkan pendidikan abad ke-21 sesuai konteks lokal (budaya) di tempat asal seperti
budaya “nyaneut” di daerah Cisurupan.
Filosofi pendidikan KHD yang ke empat yaitu tentang Budi
Pekerti. budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara
gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga.
Proses pendidikan KHD disini menekankan 3 hal utama yaitu melatih panca indra,
kehalusan budi pekerti dan kecerdasan. Menurut beliau pendidikan harus seimbang
antara cipta, rasa dan karsa. Pengembangan karakter atau budi pekerti tidak
dapat tercipta begitu saja, harus melalui pembiasaan-pembiasaan, baik di
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakatnya.
Refleksi diri tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara
Sebelum penulis mempelajari filosofi pendidikan KHD,
penulis percaya bahwa murid datang ke sekolah seperti kertas kosong yang belum
memiliki pengetahuan apa-apa dalam dirinya. Di sekolahlah murid mendapatkan
banyak pengetahuan dan pembelajaran dari gurunya sehingga kertas kosong
tersebut telah memiliki goresan tinta yang jelas sesuai dengan tujuan kurikulum
di sekolah. Penulis percaya bahwa murid yang datang ke sekolah tepat waktu
adalah murid yang rajin dan memiliki tekad yang kuat dalam belajar. Penulis
juga percaya murid-murid penulis akan mampu menyelesaikan pembelajaran ataupun
tugas yang penulis berikan tepat pada waktunya karena penulis telah merancang
agenda pembelajaran secara detail dan sistematis.
Sebelum penulis mempelajari filosofi pendidikan KHD,
penulis percaya bahwa pembelajaran di kelas memerlukan peran guru yang sangat
dominan di kelas, mulai dari membuat tujuan pembelajaran, menjelaskan materi
dan latihan soal, hingga menarik kesimpulan pembelajaran hari itu. Penulis
percaya bahwa pembelajaran di kelas harus dilaksanakan sesuai tuntutan
kurikulum, tidak peduli murid telah siap menerima materi lanjutan atau tidak,
melainkan cenderung mengejar materi yang harus dituntaskan dan akhirnya kembali
lagi kepada cara terpraktis yaitu metode ceramah.
Setelah penulis mempelajari filosofi pendidikan KHD,
penulis menyadari bahwa pemikiran penulis tentang murid dan pembelajaran masih
kurang sesuai dengan pemikiran pendidikan dan pengajaran yang diajarkan oleh Ki
Hajar Dewantara. Setelah menjalani proses belajar tahap demi tahap dilakukan,
Mulai dari diri untuk memahami materi, Eskplorasi konsep melalui diskusi, Ruang
kolaborasi dalam bertukar pikiran tentang pendidikan, Demonstrasi kontekstual
pemahaman yang diperoleh, dikuatkan dengan Elaborasi pemahaman bersama
instruktur hingga berlatih mengeksplorasi kekurangan diri dan upaya
perbaikannya, maka penulis mulai merubah pemikiran dan perilaku penulis terkait
pendidikan dan pengajaran.
Perubahan pemikiran atau perilaku penulis antara lain:
Murid bukanlah kertas kosong, melainkan kertas yang masih
buram tinta yang tergores di dalamnya. Disinilah peran guru bagaimana
menebalkan tinta buram tersebut menjadi tulisan yang jelas terbaca. Artinya,
pada hakikatnya setiap murid telah memiliki bekal pengetahuan dan kemampuannya
sendiri, namun potensi yang ada tersebut perlu penulis latih dan kembangkan
hingga mereka menguatkan kodratnya dengan baik.
Murid yang tidak datang tepat waktu ke sekolah bukan
berarti mereka tidak memiliki tekad yang kuat dalam belajar. Disinilah penulis
mulai mecoba untuk dapat memahami kondisi murid, apa yang mereka hadapi dan
alami dalam kehidupannya, karena peran pendidik tidak melulu tentang
mengajarkan materi, melainkan mendampingi setiap proses tumbuh kembangnya laku
anak agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Tidak semua murid memiliki kemampuan dan kecepatan yang
sama dalam memahami sesuatu. Disinilah penulis mulai mencoba untuk mengelola
pembelajaran agar setiap murid dapat melaluinya sesuai dengan kemampuan dan
gaya belajarnya, memberi mereka ruang kreativitas belajar yang berbeda, hingga
akhirnya mereka menemukan sendiri arti merdeka belajarnya.
Guru bukanlah sumber utama atau satu-satunya tentang
pembelajaran. Disinilah penulis mulai mengeksplorasi beberapa sumber informasi
yang dapat mereka gunakan. Artinya, pendidik sebagai pamong yang menuntun dan mengarahkan
segala potensi yang ada pada diri murid menjadi hal yang akan bermanfaat untuk
kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.
Setiap murid memiliki kebutuhan belajarnya masing-masing.
Disinilah penulis mulai mencoba memahami apa yang sebenarnya mereka harapkan
setelah melalui proses belajar bersama dengan penulis.
Beberapa hal atau langkah yang dapat segera penulis
segera terapkan di kelas agar mencerminkan pemikiran KHD dengan baik yaitu
sebagai berikut:
1.
Melakukan
asesmen diagnostik non kognitif dan pemetaan bakat-minat potensi murid.
Hal
ini penting karena potensi dan kebutuhan murid belajar yang beraneka ragam.
Hasil asesmen dapat penulis gunakan sebagai acuan untuk menentukan strategi
pembelajaran yang akan dilakukan, tentunya strategi pembelajaran yang berpihak
pada murid.
2.
Menggali
ide kreatif dan inovatif dari berbagai sumber.
Penulis
harus aktif mencari pengetahuan dan pengalaman belajar untuk meningkatkan
kualitas diri penulis sebagai pendidik, sehingga proses pembelajaran yang akan
penulis hadirkan di kelas tidak monoton, melainkan sesuai dengan kodrat alam
dan kodrat zaman murid.
3.
Mendesain
dan menjalankan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Pembelajaran
yang berpihak pada murid salah satu cara yang akan penulis lakukan yaitu
memberikan kebebasan murid dalam menentukan gaya belajarnya, membangun sendiri
pengetahuannya, dan secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga
murid memahami makna merdeka belajar seutuhnya. Penulis akan berusaha
menghambakan diri pada murid. Artinya, melayani setiap kebutuhan belajar murid
dengan suci hati dan ikhlas agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat.
4.
Melakukan
evaluasi dan refleksi sebagai upaya perbaikan kualitas pendidikan dan
pengajaran.
Hal
ini penting penulis lakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari
pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan refleksi harus penulis lakukan untuk
setiap metode pembelajaran yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan
murid atau tidak.
Selain poin-poin yang telah disebutkan di atas, penulis
juga akan melaksanakan pembiasaan positif guna menciptakan budi pekerti murid
yang baik. Pembiasaan yang akan penulis lakukan antara lain mengawali aktifitas
pembelajaran dengan berdoa, menanyakan kabar dan mendoakan hal yang baik untuk
murid, selalu memberikan apresiasi setiap proses belajar murid, selalu
memberikan kata-kata positif satu sama lain, memberikan teladan sikap, berani
mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan dan terima kasih untuk
bantuan/pujian.
Refleksi diri penulis tentang pemikiran KHD diharapkan
dapat mendukung terwujudnya Visi SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan
untuk Terwujudnya Sekolah Berbasis
Pesantren Terbuka, Mandiri, Ilmiah, Berprestasi, dan Berbudaya Lingkungan serta
mewujudkan peserta didik yang berprofil santri, menguasai IMTAQ dan IPTEK.
Melalui implementasi pemahaman pemikiran KHD akan dapat menciptakan budaya
pembelajaran yang positif sebagai karakter diri yang sesuai dengan kodrat alam
dan kodrat zaman, menggali kreativitas dan inovasi guru dan murid dalam
berproses baik bersama sehingga memunculkan jiwa kompetitif yang berani unggul
mengembangkan segala potensi dirinya.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.