Friday, July 21, 2023

Jurnal Refleksi Modul 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN

 

Salah satu materi yang saya terima dalam Pendidikan Guru Penggerak adalah materi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Materi ini sungguh memberikan pemahaman dan paradigma baru dalam diri saya sebagai seorang pendidik dalam pengambilan keputusan, terutama pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Maka pada kesempatan ini saya akan berbagi pemahaman melalui sebuah rangkuman, sekaligus sebagai pemenuhan tugas Koneksi Antar Materi, salah satu tugas yang wajib saya kerjakan dalam Pendidikan Guru Penggerak.

Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin merupakan sebuah proses keterampilan dalam menentukan sebuah pilihan keputusan dari berbagai alternatif yang ada untuk mencapai sebuah tujuan tertentu yang didasari dengan nilai kebajikan yang dimiliki seorang pemimpin. Beberapa hal penting yang perlu diketahui dalam pengambilan keputusan meliputi bujukan moral dan dilema etika, unsur dasar pengambilan keputusan, paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan, serta langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Unsur Dasar Pengambilan Keputusan

Terdapat 3 unsur dasar pengambilan keputusan  sebagai pemimpin pembelajaran, yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, maka seorang pemimpin perlu mendasarkan keputusan berdasarkan pada ketiga unsur tersebut.

Bujukan Moral dan Dilema Etika

Dilema etika merupakan sebuah dilema yang muncul dari permasalahan-permasalahan yang menjadi pertimbangan pengambilan keputusan, dimana permasalahan-permasalahan tersebut tergolong permasalahan yang berasal dari sebuah kebenaran. Dengan kata lain, dilema etika merupakan dilema antara benar melawan benar. Keputusan yang diambil seorang pemimpin tidak selalu dihadapkan oleh pertimbangan atau permasalahan yang sama-sama benar, ada sebuah isitilah yang disebut bujukan moral yaitu sebuah dilema permasalahan yang dihadapi dimana satu pihak adalah benar sementara pihak yang lain adalah salah, dalam hal ini salah berdasarkan legalitas atau regulasi yang berlaku. Dengan kata lain bujukan moral merupakan sebuah permasalahan yang muncul antara benar melawan salah. Perlu diketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika, ada kalanya masalah yang kita hadapi lebih berupa bujukan moral.

Paradigma Dilema Etika

Dilema etika merupakan permasalahan yang menjadi pertimbangan keputusan dimana permasalahan tersebut adalah sama-sama benar. Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika meliputi; 1) paradigma individu lawan kelompok (individual vs community), yaitu dilema tentang bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil, dan apa yang benar untuk  kelompok yang lebih besar. Sebagai guru terkadang kita juga harus membuat pilihan  seperti ini di dalam kelas. Satu kelompok siswa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan sebuah tugas, sementara ada kelompok lain yang dapat menyelesaikannya dengan lebih cepat sehingga mereka sudah siap untuk masuk ke pelajaran berikutnya, 2) Paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy); dalam paradigma ini, pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang. Terkadang memang benar untuk berpegang teguh pada peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga tindakan yang benar, 3) paradigma kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty); Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya, dan 4) Paradigma jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), yaitu sebuah paradigma pengambilan keputusan dimana kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang.

 

Prinsip pengambilan keputusan atau prinsip dilema etika

Sebagai seorang pemimpin hendaknya mampu menganalisis  3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah 1) berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking) merupakan prinsip pengambilan keputusan dimana keputusan  dihasilkan untuk membahagaikan sebagian orang-orang yang terdampak oleh keputusan, 2) berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking) merupakan prinsip pengambilan keputusan berdasarkan prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan, dan 3) berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking) adalah memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang kita harapkan, yang orang lain lakukan terhadap kita. Berpikir berbasis rasa peduli cenderung mengandalkan rasa kepedulian terhadap sesama dalam menentukan keputusan. Hal yang perlu diperhatikan bahwa suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid.

 

Langkah Pengambilan dan Pengujian Kepuitusan

Terdapat 9 langkah yang ditempuh dalam pengambilan dan pengujian keputusan meliputi; 1) mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 4) pengujian benar atau salah, 5) pengujian paradigma benar lawan benar, 6) melakukan prinsip resolusi, 7) investigasi opsi trilema, 8) buat keputusan, 9) lihat lagi keputusan dan refleksikan. Perlu diperhatikan bahwa langkah-langkah ini adalah sebuah panduan, artinya bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Keberhasilan dalam pengambilan keputusan perlu diasah sehingga kita bisa memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab berdasar nilai-nilai kebajikan.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Bila dikaitkan dengan dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka ing ngarsa sung tulodha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, maka keputusan yang diambil seorang pemimpin pembelajaran hendaknya merupakan keputusan yang penuh dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan, serta berpihak pada murid sehingga keputusan tersebut dapat dijalankan dan diteladani, mampu menciptakan iklim yang kondusif dalam melahirkan prakarsa atau ide, dan memunculkan motivasi tinggi dalam sebuah proses pembelajaan dan pendidikan.

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang akan berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang diambil dalam pengambilan suatu keputusan karena sebuah keputusan merupakan refleksi dari nilai-nilai moral dan etika yang dimiliki seseorang. Nilai-nilai kebajikan yang dimiliki seseorang semacam kasih sayang, toleransi, tanggung jawab, kejujuran, percaya, dan nilai-nilai kebajikan lainnya akan memberikan peran besar ketika melakukan analisis atau melakukan pertimbangan terhadap suatu masalah dalam menentukan keputusan.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi  ‘coaching’  yang telah dibahas pada sebelumnya.

Keterampilan pengambilan keputusan dapat diterapkan pada kegiatan coaching, yaitu khususnya dalam menentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan pada coachee. Keterampilan dalam menentukan pertanyaan hampir serupa dengan keterampilan pengambilan keputusan, karena menentukan pertanyaan dalam coaching merupakan bagian dari keputusan yang diambil coach saat kegiatan coaching. Kualitas pertanyaan coaching dan kualitas pengambilan keputusan ini sama-sama akan mempengaruhi arah dan tujuan yang hendak dicapai. Keduanya juga merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi, baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Langkah-langkah dalam coaching dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching dapat dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap hasil keputusan yang telah diambil. Bimbingan dari pengajar praktik dan fasilitator telah membantu saya dalam mempelajari masalah atau kasus-kasus dalam pengambilan keputusan terutama dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, serta merpertanggungjawabkan keputusan yang saya ambil.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Keterampilan pengelolaan sosial emosional seorang guru adalah hal yang sangat penting dan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Salah satu unsur keterampilan sosial emosional adalah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dengan kondisi sosial emosional yang baik, maka diharapkan keputusan yang diambil merupakan keputusan terbaik dengan berbagai pertimbangan yang telah dipikirkan dengan baik berdasarkan pilihan paradigma dilema etika serta berdasarkan langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang baik pula.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika pada intinya akan kembali pada nilai-nilai yang dianut pada diri seorang pendidik. Hal ini terjadi karena nilai-nilai tersebut akan terefleksi ke dalam berbagai penanganan masalah dan keputusan yang diambil seorang pendidik. Jika nilai-nilai yang dianut menunjukan nilai-nilai kebajikan, maka keputusan dalam penanganan masalah moral dan etika akan menghasilkan keputusan yang senantiasa berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Sekolah merupakan institusi moral yang harus senantiasa mengembangkan nilai moral dan etika murid yang lebih baik. Sebagaimna diketahui bahwa nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak meliputi reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Dengan pertimbangan itu pula maka, seorang pendidik telah selayaknya mempertimbangkan keterpihakan pada murid dalam setiap keputusan yang dibuatnya.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebuah keputusan yang baik harus berdasarkan prinsip yang tepat dengan pengambilan dan pengujian yang cermat. Namun seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu dan telah berdasarkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Maka dari itu kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid sehingga keputusan itu nanti bisa berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Setiap pendidik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menangani sebuah kasus dilema etika. Hal ini tak bisa lepas dengan perbedaan paradigma yang dianut setiap pendidik khususnya dalam pemahaman unsur dasar pengambilan keputusan dan prinsip dilema etika, serta nilai-nilai yang dianut setiap pendidik. Hal ini menyebabkan adanya tantangan-tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan terkait dilema etika. Selain itu, ketegasan dan budaya sekolah yang kurang berkomitmen dalam menjunjung tinggi keputusan bersama serta nilai-nilai kebajikan juga menjadi kendala yang cukup berat dalam upaya penanganan kasus dilema etika.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Inti dari pengajaran yang memerdekakan murid adalah memberi ruang kepada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan gaya belajarnya. Pengambilan keputusan seorang pendidik akan memberikan pengaruh apabila keputusannya telah memberikan ruang dan kesempatan bagi siswa  tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan gaya belajarnya. Hal ini dapat terwujud dengan cara memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui langkah-langkah seperti pembelajaran diferensiasi dan pembimbingan keterampilan sosial emosional, serta menciptakan  pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar murid. Selain itu tenaga penddik perlu melakukan pengambilan keputusan yang mendukung hal-hal tersebut dengan menciptakan budaya positf dalam menjalankan visi dan misi sekolah, agar nantinya bisa menjadi teladan bagi murid seperti yang tertuang dalam filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka ing ngarsa sung tulodha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Hal ini terjadi karena kehidupan murid-murid di sekolah merupakan embrio dari kehidupan masa dewasanya, sehingga pembelajaran di sekolah merupakan tempat berlatih dan bertumbuh kembang untuk menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya nanti. Maka perlu dicermati sejak dini bahwa keputusan seorang pemimpin pembelajaran semaksimal mungkin untuk memberikan keterpihakan pada murid dengan memberikan pelayanan pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang bisa saya tarik dari pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin ini adalah, sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mulai mempertimbangkan dan menganalis dengan cermat semua keputusan yang telah ataupun yang akan diambil sehingga benar-benar memenuhi unsur dasar pengambilan keputusan, yaitu bertanggung jawab, berpihak pada murid, dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dengan langkah, prinsip, dan analisis penuh kebijkasanaan. Semua keputusan dibuat agar bisa memenuhi kebutuhan murid dengan memberikan pembelajaran berdiferensiasi, tumbuh kembang sosial emosional, menciptkan budaya positif, dan menerapkan pratap triloka Ki Hajar Dewantara. Mengutip dari pernyataan Bob Talbert “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”, menunjukkan bahwa mengajarkan segala pemahaman budi pekerti, karakter, moral, dan etika lebih utama dibandingkan dengan pengajaran yang sekedar mengejar nilai kognitif dari sebuah mata pelajaran.  Georg Wilhelm Friedrich Hegel menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. Hal ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya untuk mengambil keputusan agar murid bisa memiliki karakter dan keterampilan sosial emosional yang baik untuk meraih kebahagiaan di masanya nanti.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya terkait dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, seperti yang telah saya uraikan pada awal pembahasan ini memberikan pemahaman pada saya tentang arti pentingnya sebuah keputusan yang memberikan dampak pada perkembangan tumbuh kembang murid. Sebagai pembelajar sepanjang hayat, saya merasa masih terus belajar dalam pengambilan keputusan karena berawal dari pembelajaran ini saya baru mengetahui dan diluar dugaan saya bahwa pengembalin keputusan membutuhkan pertimbangan serta analisis pengujian yang begitu detail.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari materi pengambilan keputusan ini saya banyak menemukan dan mengambil keputusan dari berbagai kasus dilema etika sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Ternyata apa yang saya lakukan selama ini masih belum sesuai dari seharusnya yang dilakukan dalam pengambilan keputusan. Selama ini saya hanya mengandalkan beberapa pertimbangan dan analisis dangkal. Banyak langkah-langkah pengujian yang belum saya lakukan secara detail dan menyeluruh.

 

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang saya rasakan dalam mempelajari pengambilan keputusan ini adalah saya semakin mengetahui langkah dan cara pengambilan keputusan yang baik, tentunya berpihak pada murid, bertanggung jawab serta berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ke depannya, saya perlu melakukan pengambilan dengan berbagai pertimbangan seperti yang diajarkan dalam konsep materi ini dengan hati-hati dan kebijaksanaan.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pembelajaran pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai sebagai pemimpin saya rasa sangat penting bagi kita, baik sebagai individu maupun seorang pemimpin pembelajaran. Mengingat pentingnya hal ini, maka setiap pendidik perlu memahami dan mempelajari tentang-tentang praktik pembelajaran pengambilan keputusan khususnya keputusan yang berpihak pada murid.

 

Facts (Peristiwa)

Kegiatan Modul 3.1 ini diawali dengan kegiatan Pre Test. Setelah mengerjakan Pre Test kegiatan dilanjutkan ke alur MERDEKA. Alur yang pertama mulai dari diri yang dilaksanakan bersamaan dengan Pre Test. Pada alur ini, saya menjawab pertanyaan pemantik mengenai maksud dari kutipan Bapak Mentri Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi mengenai beban dan amanah kepemimpinan. Kegiatan selanjutnya pada alur MERDEKA yaitu alur eksplorasi konsep. Alur eksplorasi konsep ini dibagi menjadi dua kegiatan. Kegiatan yang pertama saya mengeksplorasi sendiri pengetahuan saya melalui kegiatan membaca, mengomentari, menjawab pertanyaan, dan menganalisis kasus mengenai 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pada alur eksplorasi konsep yang kedua saya melakukan diskusi dengan memilih salah satu kasus dari 4 kasus yang tersedia mengenai dilema etika dan bujukan moral. Saya juga mengomentari hasil analisis rekan CGP yang lain. Kegiatan selanjutnya yaitu alur ruang kolaborasi yang pertama. Pada kegiatan ini saya mendapatkan pemahaman dan ilmu mengenai pengambilan keputusan dari fasilitator. Kemudian fasilitator juga memfasilitasi saya bersama CGP yang lain untuk berkelompok menganalisis kasus. Saya bersama 3 rekan CGP lainnya menganalisis bersama-sama sebuah kasus dilema etika yang pernah dialami oleh saya. Kemudian kami bersama-sama menyusun hasil analisisnya untuk dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan selanjutnya masih pada ruang kolaborasi. Pada ruang kolaborasi yang kedua saya bersama rekan-rekan saya mempresentasikan hasil diskusi saya. Tugas saya pada kegiatan ini yaitu menjawab pertanyaan dan menjadi penananggap hasil diskusi kelompok lainnya. Kegiatan dilanjutkan pada demonstrasi kontekstual. Pada alur ini saya dituntut untuk membuat sebuah wawancara bersama 2-3 kepala sekolah mengenai pengambilan keputusan. Saya mewawancarai 2 kepala sekolah yaitu bapak Drs. Sunardi, M.Si kepala SMA Negeri Babat, kemudian Bapak Nur Kakim, M.Pd. selaku kepala SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan. Hasil wawancara tersebut saya analisis dan buat laporan. Tahapan selanjutnya yaitu tahapan Elaborasi Pemahaman. Pada tahapan ini saya mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengambilan keputusan yang dibimbing oleh instruktur. Kegiatan selanjutnya yaitu koneksi antar materi. Pada kegiatan ini, saya membuat hubungan antar materi yang sudah dipelajari mulai dari modul 1 sampai modul 3.1 dengan cara menjawab 14 pertanyaan. Kegiatan yang terakhir adalah aksi nyata. Saya membuat rancangan aksi nyata pada modul 3.1 ini yaitu dengan melakukan desiminasi, membantu menyelesaikan masalah dengan membuat keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Feelings (Perasaan)

Perasaan saya ketika mempelajari modul 3.1 ini adalah saya merasa senang, tertantang, dan penasaran. Saya merasa senang karena mendapatkan ilmu dan pengalaman dalam menganalisis sebuah kasus serta membuat keputusan pada permasalahan yang dihadapi. Saya merasa penasaran karena biasanya saya membuat keputusan tanpa melaksanakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya juga merasa tertantang untuk melakukan praktik baik mengenai modul 3.1 ini.

Findings (Pembelajaran)

Hal yang bermanfaat yang saya dapatkan pada modul ini adalah mengenai 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pembelajaran yang saya dapatkan bahwa dalam pengambilan keputusan harus didasarkan pada nilai-nilai kebajikan, membawa dampak positif, dan harus menganalisis terlebih dahulu masalah tersebut masuk ke dalam dilema etika atau bujukan moral.

Future (Penerapan)

Penerapan di masa mendatang, sebagai pemimpin pembelajaran saya akan melaksanakan kegiatan diseminasi mengenai modul ini di sekolah kepada kepala sekolah beserta dewan guru. Kemudian saya akan mencoba membuat keputusan dalam sebuah permasalahan dengan menggunakan 9 langkah dan berdasarkan paradigma serta prinsip pengambilan keputusan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts

Total Pageviews