Friday, July 21, 2023

Jurnal Refleksi Modul 2.3

COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

 

Secara umum, Coaching merupakan proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, peran coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Selain coaching , metode pengembangan diri yang bisa dilakukan di sekolah adalah mentoring , konseling, fasilitasi dan training . Tentunya, terdapat perbedaan peran dan tujuan dalam setiap metode pengembangan diri tersebut.

Dalam konteks pendidikan, coaching merupakan komunikasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan murid. Pendidik sebagai pamong, menuntun murid agar murid dapat menemukan kekuatan dalam dirinya, memberdayakan potensi dirinya, dan tidak kehilangan arah serta tidak membahayakan dirinya. Hal itu selaeras  dengan Ki Hadjar Dewantara yang  menekankan bahwa pendidikan bertujuan ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya, mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Selain itu, dalam konteks pendidikan, coaching merupaan komunikasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee (rekan sejawat) untuk menemukan kekuatan dirinya dalam melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Paradigma yang dapat  diterapkan untuk percakapan coaching adalah paradigm berpikir “Among”, yaitu coach dan coachee adalah mitra belajar, komunikasi yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Paradigma berpikir “Among” ini  dapat melatih guru (coach) dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.

Untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, maka coach perlu memiliki paradigma berpikir coaching, yaitu fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan. Selain itu, dalam melakukan percakapan coaching, ketiga prinsip coaching perlu diperhatikan dalam rangka memberdayakan orang lain (coachee), yaitu prinsip kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi.

Agar coaching yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan dapat menggali potensi coachee, maka seorang coach perlu memahami, menerapkan, dan melatih kompetensi inti coaching secara terus menerus, yaitu kompetensi kehadiran penuh/ presence, mendengarkan aktif bebas dari asumsi, melabeli, dan asosiasi, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Masih dalam konteks pendidikan, paradigm berpikir coaching sangat diperlukan dalam melaksanakan supervise akademik. Supervisi akademik merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memastikan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik berpihak pada murid, dan untuk mengembangjan kompetensi diri pendidik.

Dalam supervisi akademik, supervisor (kepala sekolah, guru senior, rekan sejawat) dapat membangun percakapan yang memberdayakan potensi guru. dalam hal ini, terdapat empat percakapan yang dapat diterapkan, yaitu sebagai berikut.:

·         Percakapan untuk perencanaan dilakukan sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas.

·         Percakapan untuk pemecahan masalah dilakukan saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan membutuhkan bantuan orang lain.

·         Percakapan untuk berefleksi dilakukan setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee atau setelah coachee menyelesaikan tugas, dan saat coachee sedang ingin merefleksikan diri

·         Percakapan untuk kalibrasi dilakukan saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut.  

Lebih lanjut, dalam melaksanakan coaching terdapat sebuah acuan umum atau alur percakapan coaching, yang dapat membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna, yaitu alur TIRTA berikut ini.

·         Tujuan umum. Pada alur ini, coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung

·         Identifikasi. Pada alur ini, coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi

·         Rencana aksi. Pada alur ini, coach mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat oleh coachee.

·         Tanggung jawab. Pada alur ini, coachee membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.

Supervisi akademik tidak berhenti setelah supervisor melaksanakan observasi. Namun, supervisi merupakan sebuah siklus yang berkesinambungan, yang meliputi 3 tahap berikut ini.

1.    Pra observasi

Pertemuan pra-observasi merupakan perckapan yang bertujuan untuk membangun kemitraan antara supervisor dan guru dalam mengembangkan kompetensi diri.

2.    Observasi

Pada tahap ini, supervisor akan melaksanakan kunjungan kelas dan mengobservasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.

3.    Pasca observasi 

Setelah melakukan observasi, supervisor melaksanakan percakapan dengan guru terkait hasil data observasi, menganilisi data, umpan balik, dan rencana pembembangan kompetensi yang akan dilakukan guru. Proses percakapan pasca observasi ini bersifat reflektif, dan bertujuan perbaikan ke depannya.

Sebagai sebuah siklus, supervise akademik tidak berhenti saat supervise selesai, namun supervisi dilaksanakan secara berkesinambungan. Supervisor melakukan proses tidak lanjut yng meliputi refleksi, perencanaan pengembangan diri, dan pengembangan proses pembelajaran. Dengan kata lain, hasil supervisi yang telah dilakukan merupakan pijakan untuk supervise akademik berikutnya.

Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah?

Ki Hadjar Dewantara yang  menekankan bahwa pendidikan bertujuan ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya, mencapai keselamatan dan kebagahiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Peran saya sebagai coach di sekolah adalah menuntuh murid dalam menggali setiap potensi yang ada di dalam dirinya, dengan menerapkan paradigm berpikir coaching. Selain itu, peran yang sudah saya lakukan sebagai coach di sekolah adalah menuntun rekan sejawat untuk menemukan solusi yang sedang dihadapinya tentang murid, memperbaiki pembelajaran, dan mengembangkan kompensi dirinya.

Kaitan coaching untuk supervise akademik dengan materi pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian aktivitas pembelajaran dengan menyesuaikan proses pembelajaran di kelas sesuai kebutuhan belajar setiap individu murid. Kaitannya dengan coaching, guru dapat melakukan komunikasi pembelajaran yang dilakukan dengan  murid agar murid dapat menemukan kekuatan dalam dirinya, memberdayakan potensi dirinya melalui pembelajaran berdiferensiasi ini. Selain itu, guru juga dapat memberdayakan rekan sejawat melalui percakapan coaching untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya.

Pembelajaran sosial dan emosional adalah pembelajaran yang dilakukan untuk dapat menumbuhkan keterampilan sosial dan emosional murid (kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab). Kaitannya dengan coaching, guru dapat melakukan komunikasi dengan murid agar murid dapat memberdayakan kekuatan dalam dirinya agar tidak kehilangan arah serta tidak membahayakan dirinya.

Selain itu, ketempilan sosial emosional (KSE) juga diperlukan bagi coach dan coachee ketika melaksanakan coaching. Seorang coach harus mampu mengendalikan dirinya, menghadirkan dirinya secara penuh, memberikan kesempatan coachee untuk berbicara dan menahan diri untuk tidak menyela pembicaraan, memiliki empati dan welas asih, berkomunikasi dengan baik dengan coachee, dan menuntun coachee membuat keputusan atau rencana yang akan dilakukannya.

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran

Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun).

Coaching merupakan proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis. Melaui coaching, seorang coach dapat memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Coaching sendiri bertujuan untuk menuntun coachee, agar dapat menemukan ide baru atau cara dalam mengatasi tantangan yang sedang dihadapinya, atau mencapai tujuan yang dikehendakinya. Hubungan yang dibangun antara coach dengan coaching adalah kemitraan, coach berperan menghantarkan melalui mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan, namun coachee lah yang membuat keputusan sendiri.

Sementara itu, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas, dan untuk pengembangan kompetensi diri pendidik di sekolah. Dalam hal ini, pemimpin sekolah atau kepala sekolah berperan untuk melaksanakan supervisi akademik di sekolahnya.

Dengan demikian, supervisi akademik perlu dilaksanakan dengan paradigma berpikir coaching, agar guru/coachee terlibat aktif dalam proses supervisi, sehingga mendorong munculnya motivasi instrinsik untuk mengembangkan kompetensi diri dan mengembangkan proses pembelajaran yang berpihak pada murid.

Facts (Peristiwa):

Modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik dimulai pada 9 Maret 2023. Dalam mempelajari modul ini dilakukan dengan eksplorasi konsep yang terbagi kedalam 4 Sub Pembelajaran yakni : Sub Pembelajaran 2.1: Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan, Sub Pembelajaran 2.2: Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching, Sub Pembelajaran 2.3: Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching, Sub Pembelajaran 2.4: Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching. 

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada  solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. 

Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai”bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” Berbagai tugas dalam Sub Pembelajaran memberikan pengalaman yang berharga bagi saya dalam memahami coaching.  Tugas Ruang Kolaborasi yang terdiri dari latihan dan praktik coaching memberikan pengalaman yang menarik bagi saya dalam melakukan coaching. Memberikan pengalaman kepada saya bagaimana berperan sebagai coach dan juga bagaimana saya berperan sebagai coachee.

Feelings (Perasaan)

Setelah mempelajari Modul 2.3 ini saya merasa senang, lega dan termotivasi untuk melakukan coaching ini untuk perencanaan, untuk mencari solusi dalam berbagai permasalahan yang saya hadapi mauapun yang dihadapai rekan sejawat di sekolah,  untuk berefleksi, dan untuk kalibrasi.

Findings (Pembelajaran)

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari materi di Modul 2.3 ini. Supervisi akademik dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan  dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.

Paradigma berpikir coaching  terdiri dari fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Kompetensi Inti Coaching meliputi kehadiran penuh/Presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA : Percakapan untuk perencanaan, Percakapan untuk pemecahan masalah, Percakapan untuk berefleksi, Percakapan untuk kalibrasi.

Umpan Balik berbasis Coaching terdiri dari Umpan Balik dengan Pertanyaan Reflektif, Umpan Balik menggunakan data yang valid. Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita   menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma  pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu

Future (Penerapan):

Setelah mempelajari modu1 2.3. saya bertekad untuk mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching. Membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi. Memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip coaching. Mempraktikkan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan  paradigma berpikir coaching. Selalu berusaha mingkatkan kemampuan diri dalam melakukan coaching dengan berlatih dan sering malakukan praktik coaching dengan rekan sejawat dan murid.

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts

Total Pageviews