Friday, July 21, 2023

Jurnal Refleksi Modul 2.1

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 

Dinamisme pendidikan di indonesia akan sejalan dengan dinamisme kurikulum. perubahan kurikulum ini tidak serta merta hanya sebuah pergantian kata. Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin “currere”, yang berarti “menjalankan atau mencari”. kemudian ada kurikulum, yang memiliki makna lintasan balap, perjalanan, atau lintasan yang dilalui kereta kuda. Pada kenyataannya, kurikulum diartikan sebagai jalur atau lintasan kendaraan untuk menuju ke suatu tujuan akhir. Bersamaan itu dengan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Nomor 57 tentang Standar Nasional Pendidikan Tahun 2021 menyatakan bahwa nhal yang sama mengenai kewajiban mengembangkan kurikulum yang beragam berdasarkan karakteristik daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Implementasi pengembangan kurikulum satuan pendidikan sebagai  usaha kemandirian sekolah yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum operasionalnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya.

Satuan pendidikan yang terjadi saat ini belum secara optimal mengembangkan kurikulum yang fleksibel sesuai pada  kebutuhan siswa di sekolah masing-masing. Hal ini dapat diketahui bahwa ada berbagai karakteristik siswa di sekolah atau bahkan kelas yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. sehingga, mereka membutuhkan layanan pembelajaran yang berbeda satu sama lain atau pelayanan yang berbeda agar mereka dapat memahami kompetensi dan materi pembelajaran berdasarkan karakteristik dan keunikan masing-masing sehingga dapat berkembang secara optimal. Merujuk dari hal tersebut, diperlukan suatu proses pembelajaran yang memperhatikan karakteristik siswa dan perbedaan individu dalam menoptimalkan potensi siswa yang unik.

Carol A. Tomlinson, mennjelaskan tentang pengajaran yang mempertimbangkan perbedaan individu siswa dalam sebuah buku berjudul “How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms”. Konsep tersebut kemudian dikenal dengan istilah pembelajaran diferensiasi atau pembelajaran terdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materi dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Guru juga dapat mengubah isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau hasil pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar di mana siswa belajar.[1]

Guru dapat melayani peserta didik yang diajar sesuai kebutuhan peserta didik dengan keadaan masing masing (sesuai kodrat alam dan kodrat zaman) dengan melaksanakan proses pembelajaran ini. Sekolah mampu mengembangkan dan menggunakan proses pembelajaran yang berbeda untuk memberikan kebebasan siswa dari keharusan menjadi sama dalam segala hal, memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki dan keunikan mereka sendiri. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi alternatif dan memberikan harapan untuk kurikulum yang fleksibel dan tidak kaku yang hanya percaya pada satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.

Pembelajaran yang berfokus pada guru hingga saat ini sangat mendominasi di Indonesia. Guru menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah dan kurang memperhatikan kebutuhan peserta didik. Tidak heran jika selama ini peserta didik belum menikmati dan mendapatkan kebermaknaan dalam mengikuti pembelajaran. Dampaknya pencapaian peserta didik menjadi menurun. Berdasarkan hasil penelitian oleh Alhafiz[2] bahwa masih banyak guru mengabaikan konsep pembelajaran yang dipakai, guru lebih cenderungbertumpu pada teacher centered, yang pada konsep pendidikan terkini sudah mulai ditinggalkan. Tidak adanya peran guru dalam mencari datakebutuhan dan minat belajar yang dimiliki peserta didik, dalam proses pembelajaran masih cenderung pada satu pendekatan dan metode mengajar. Sudah seharusnya pada pendidikan terkini guru mulai merubah konsep belajar dari teacher centered ke student centered.

Pembelajaran Berdifiresiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah salah satu trategi yang bisa diterapkan guru dalam usaha memenuhi kebutuhan setiap siswa yang berbeda-beda. Diferensiasi sendiri adalah proses belajar mengajar di mana siswa mempelajari materi pelajaran berdasarkan kemampuannya, apa yang mereka sukai, dan kebutuhan individu mereka sehingga mereka tidak frustrasi dan merasa gagal selama proses pembelajaran[3]. Guru harus mampu memahami dan menyadari bahwa ada lebih dari satu cara, metode, atau strategi untuk mempelajari suatu materi pelajaran ketika mengaplikasikan pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus mampu mengelola sumber bahan ajar, kegiatan, tugas sehari-hari yang diselesaikan di kelas dan di rumah, dan penilaian akhir berdasarkan kesiapan siswa untuk mempelajari materi pelajaran, minat atau hal apa yang disukai siswa dalam belajar, dan cara menyampaikan pelajaran yang sesuai kebutuhan belajar siswa yang diajarnya.

Menurut Tomlinson pembelajaran  berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodasi, melayani, serta mengakui perbedaan siswa dalam belajar sesuai dengan kebutuhan dan preferensi belajar siswa[4]. Pembelajaran berdiferensi bukan merupakan pendekatan pembelajaran baru, melainkan sudah lama di terapkan di Amerika Serikat. Fokus perhatian dalam pembelajaran berdiferensiasi ini terletak pada cara guru dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi sangat cocok di terapkan dalam semua mata pelajaran.

 

 

Gambar. Diagram Frayer Pemeblajaran Berdiferensiasi

 

Peristiwa

Pada modul 2.1 ini  Aktivitas pertama yaitu dengan melakukan Test Awal Modul 2. Setiap memulai modul saya melaksanakan tes awal paket modul 2 dilanjutkan dengan pembelajaran di LMS dimulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolborasi 1 dan 2. Yang pertama adalah diskusi bersama kelompok keesokan harinya dilanjutkan dengn Ruang kolaborasi 2 kami harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang kasus dalam skenario yang diberikan. Kami mempresentasikan materi Pembelajaran Berdiferensiasi jenjang skenario SMA. Banyak sekali manfaat dari diskusi ini menjadi saya menambah wawasan, ilmu dan pengalaman. Saya jadi mengetahui bagaimana mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi ke dalam sebuah RPP sesuai mata pelajaran yang kita ampu, sehingga dapat mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. Berikutnya, saya melakukan Refleksi terbimbing. Kami diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan pemantik yang makin memperkuat kami meningkatkan pemahaman terkait pembelajaran berdiferensiasi. Di aktivitas ini tidak ada hambatan yang dirasakan karena di sesi ini bagaimana CGP menggali lebih dalam konsep pembelajaran berdiferensiasi. Aktivitas berikutnya yaitu demonstrasi kontekstual. Di aktivitas ini kami diminta membuat Rencana pembelajaran berdiferensiasi dan mengevaluasi efektivitas RPP yang dibuat oleh sesama rekan CGP. Disini, saya membuat RPPberdiferensiasi dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik ditinjau dari Profil Belajarnya. Perjalanan mempelajari modul 2.1 ini merupakan serangkaian kelanjutan dari Modul sebelumnya. Kegiatan ini menggunakan alur MERDEKA yaitu, Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elabborasi pemahaman, Koneksi Antar materi dan Aksi nyata. Kegiatan pertama setelah pre test adalah Mulai dari diri yang merupakan langkah awal untukmempersiapkan diri menerima ilmu pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Eksplorasi Konsep tentang pemikiran kita seperti apa terhadap modul 2.1 yang kita pelajari, saya berdiskusi dengan CGP lainnya dalam Ruang Kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberikan masukan yang konstruktif dalam menyusun pembelajaran berdiferensiasi. Saya bersama teman di kelompok berdiskusi tentang skenario jenjang SMA dan kami buat dalam power point. Keesokan harinya saya dan tim dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan mendapatkan umpan balik baik dari teman di kelompok lain maupun dari Fasilitator. Dari hasil umpan balik kami rapikan kembali hasil diskusi dalam power point kami. Setelah rapi kami upload di LMS masing masing sebelum tenggat waktu. Setelah itu kami mengikuti Elaborasi Pemahaman dari narasumber hebat, mendapatkan ilmu dan pemantapan materi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Setelah elaborasi pemahaman kami memnuat Demonstrasi Kontekstual dalam materi pembelajaran berdiferensiasi berupa RPP mapel yang berdiferensiasi. Setelah demonstrasi kontekstual kami akan mengaitkan materi dalam setiap bagian modul dengan Koneksi Antar Materi. Stelah koneksi Antar materi (KAN) maka akan kami lanjutkan dengan membuat Aksi Nyata.

 

 

Perasaan

Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi membuat saya merasa sangat senang namun penasaran karena harus memperhatikan semua kebutuhan murid yang tentu satu sama lain berbeda kebutuhan. Selama ini saya hanya berfokus pada ketercapaian materi kurikulum, sehingga harus mengejar ketuntasan belajar. dampak yang ada adalah belum semua murid dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya dan ada sedikit pengabaian tentang ternyata banyak keberagaman kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Hal ini tentunya harus kita kaitkan dengan nilai-nilai Filososfi pendidkan menurut KH Dewantara bahwa belajar adalah menuntun murid untuk mencapai tujuan belajar dan dalam mencapai tujuan belajar tersebut diharapkan guru dapat menuntun murid dengan berbagai macama cara atau metode yang sesuai dengan kebutuhan murid. Saya sangat senang dan lebih memahami menjadi tahu dalam menyusun RPP dengan pembelajaran berdiferensiasi., saya sangat bahagia bisa menyusun langkah-langkah pembelajran untuk menyelaraskan dengan karakteristik murid. Saya sangat senang karena banyak hal yang saya dapatkan dari pelatihan ini dan siap saya terapkan di kelas serta berbagi dengan reksn sejawat dan disekolah ataupun lingkup yang lebih luas lagi.

Pembelajaran

Dalam modul ini yang dapat saya pelajari adalah memahami tentang pembelajaran berdiferensiasi dan penerapannya. Pembelajaran berdiferensiasi itu dibuat agar para guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu untuk mengakomodir semua kebutuhan belajar murid. Guru harus mampu untuk memiliki kepekaan dalam merespon semua kebutuhan murid. Tentu dalam mememnuhi kebutuhan murid ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti :

1. Kesiapan belajar (Readiness)

2. Minat belajar

3. Profil belajar murid.

Kemudian dalam pembelajaran berdiferensiasi kita juga harus memperhatikan beberapa strategi antara lain:

1. Diferensiasi proses

2. Diferensiasi konten

3. Diferensiasi produk

Dalam proses penilaian , guru menggunakan penilaian berjenjang, dengan harapannya semua murid memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga murid akan mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman dalam proses pembelajaran. Kali ini saya mendapatkan pelajaran tentang bagaimana kita menyiapkan pembelajaran dengan model berdiferensiasi. Dan tentu saja ini sangat bermanfaat agar semua kebutuhan murid minimal dapat kita akomodir.

 

Penerapan

Dalam modul ini, saya belajar untuk lebih memperhatikan kompetensi saya dalam memilih aktivitas belajar yang sesuai dengan gaya belajar murid. Hal ini tentu untuk menghindari dari pengalaman belajar yang kurang tepat, kurang berpihak pada murid dan kuang menyenankan. Akan saya coba terapkan di kelas dan imbaskan kepada rekan sejawat di sekolah bahkan di lingkup yang lebih luas sehingga harapan saya semua guru dapat mengetahui seperti apa itu penvelajaran berdiferensiasi dan bagaimanakah penerapannya di kelas dalam pembelajaran. Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat terlaksana dengan baik dan efektif, maka perlu dilakukan pemetaan kebutuhan belajar murid yaitu berdasarkan kesiapan murid, minat murid dan profil belajar murid. Penilaian ini dilakukan yaitu dengan asesemen diagnostik non kogitif. Data pemetaan ini dapat diperoleh dari data tahun lalu atau pada semester sebelumnya. Bisa melalui angket, soal pilhan ganda, wawancara, pengamatan dan lainnya sessama rekan guru dan wali murid. Bagi saya ini merupakan materi yang sangat baik agar dapat kami terapkan di sekolah, berbagi dengan rekan guru ataupun dengan murid baik disekolah maupun di luar sekolah. Dalam proses ini tentu saja saya akan belajar dan terus belajar. Semoga saya dapat terus berkontribusi dalam memajukan dunia pendidikan ke arah byang lebih maju lagi sehingga kita dapat mempersiapkan murid menjadi pemimpin.



[1] Wahyuningsari, D., Mujiwati, Y., Hilmiyah, L., Kusumawardani, F., & Sari, I. Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Rangka Mewujudkan Merdeka Belajar. 2020,  Jurnal Jendela Pendidikan, 2 (04), 529-535. 

[2]Sulistyosari dkk, Penerapan Pembelajaran IPS Berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka Belajar, Volume 7(2), Harmony, 2022, Universitas Negeri Semarang, Hal 67.

[3] Wahyuningsari, D., Mujiwati, Y., Hilmiyah, L., Kusumawardani, F., & Sari, I. op. cit. hal 529

[4] Tomlinson, C. A. How To Differentiate instruction in mixedability  classrooms. . 2001. Association for Supervision and Curriculum Development. Hal 202

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts

Total Pageviews