Friday, July 21, 2023

Jurnal Refleksi Modul 1.4

BUDAYA POSITIF

 

Budaya positif di lingkungan sekolah perlu dilakukan. Upaya ini merupakan wujud sinergitas character building pada siswa di lingkungan belajar di tengah pandemi yang dilakukan di SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan. Hal ini merupakan upaya untuk menanamkan berbudaya positif kepada siswa untuk membangun generasi yang bermartabat.   Dalam menciptakan budaya positif, kita perlun memperhatikan lebih mendalam tentang strategi yang menumbuhkan lingkungan yang positif di sekolah untuk mendukung pembelajan yang bermakna. Dengan cara melakukan berbagai upaya dalam menerapkan dan meningkatkan disiplin, kesungguhan mengontrol murid, menjalankan dalam menerapkan budaya positif. Salah satunya budaya malu di SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan salah satu kampanye berbudaya positif yang memanfaatkan media sosial yang berbentuk video dan poster. Hal ini dirasa efektif karena dekat dengan keseharian belajar siswa dalam metode luring maupun daring. Budaya malu mendapat respon yang baik, bukan hanya dari siswa akan tetapi juga dari rekan sejawat dan tentunya orang tua siswa juga. hal yang lain siswa menjadi lebih sadar akan pentingnya berbudaya positif,  harapannya kedepan menjadikan budaya di lingkungan sekolah lebih humanis, bermartabat dan akhirnya menjadi keyakinan kelas, adanya salah satu langkah budaya positif akan sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam rangka mewujudkan merdeka belajar.

Budaya positif meliputi 6 hal yaitu 1) perubahan paradigma stimulus respon, 2) konsep disiplin positif, 3) keyakinan kelas, 4) pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia, 5) lima posisi control, dan 6) segitiga restitusi.

Pertama, perubahan paradigma stimulus respon, Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita.

Kedua, konsep disiplin positif, Merupakan topik pembahasan tentang disiplin. belajar tentang konsep disiplin positif yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita citacitakan di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa kalau saja anak-anak bisa disiplin, pasti mereka akan bisa belajar. Para guru juga berpendapat bahwa mendisiplinkan anak-anak adalah bagian yang paling menantang dari pekerjaan mereka. Ketika mendengar kata “disiplin”, Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Ada Tiga macam Motivasi Perilaku Manusia yaitu 1) Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, 2) Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, 3) Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Ketiga, keyakinan kelas. Dalam pembentukan keyakinan kelas, 1) Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. 2) Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal. 3) Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif. 4) Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas. 5) Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. 6) Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat. 7) Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu. pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati adalah keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama warga kelas. Dan salah satu yang telah disepakati yaitu budaya malu, dengan kesepakatan “ Saya malu jika”

Keempat, pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia.   Semua tindakan yang kita lakukan di dalam kelas harus dapat menciptakan sebuah lingkungan positif, aman dan nyaman. Dari keyakinan kelas yang telah disepakati bersama akhirnya terbentuklah budaya positif,. Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu 1) kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), 2) cinta dan kasih sayang (love and belonging) Kebutuhan untuk diterima, 3) kebebasan (freedom) kebutuhan akan pilihan,4)  kesenangan (fun) kebutuhan akan rasa senang, dan 5) Penguasaan (power) kebutuhan pengakuan atas kemampuan. Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Murid kita juga mempunyai gambaran dunia berkualitas mereka. Tentunya sebagai guru kita ingin mereka memasukkan hal-hal yang bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke dalam dunia berkualitas mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayakan dan memerdekakan murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang positif dalam dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan.

Kelima, lima posisi control. Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah

·         Penghukum (Hukuman fisik atau verbal) “Patuhi tata tertib”

·         Pembuat Orang Merasa Bersalah (Biasanya guru menyampaikan dengan suara yang lembut. “Bagaimana kalau orang tuamu tahu”

·         Teman (Guru memposisikan sebagai teman) “Ingat tidak bantuan bapak selama ini

·         Monitor (Pemantau/mengawasi) “apa yang telah kamu lakukan?”

·         Manajer (mempersilahkan murid untuk mempertagungjawabkan perilakunya dan mencari solusinya

Keenam, segitiga restitusi . Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan, langkah-langkahnya yaitu 1) Menstabilkan Identitas (Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan),  2) Validasi Tindakan yang Salah (Semua perilaku memiliki alasan) 3) Menanyakan Keyakinan (Kita semua memiliki motivasi internal)

Peristiwa

Puji syukur saya ucapkan ke Kehadirat Allah S.W.T. karena atas karunia -Nya saya telah diberikan nikmat kesehatan sehingga sampai saat ini saya masih bisa melaksanakan dan menyelesaian Program Guru Penggerak sampai ke Modul 1.4 tentang budaya positif. Terima kasih untuk keluarga kecil saya dan keluarga besar SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan yang telah mensupport sampai ke tahap ini. Ada beberapa hal yang harus dikerjakan oleh calon guru penggerak modul 1,4 ini yaitu mulai dari diri, eksplorasi konsep, eksplorasi konsep diforum diskusi dengan fasilitator, kolaborasi di ruang kolaborasi dan setiap CGP berkolaborasi bersama kelompoknya masing-masing dengan didampingi fasilitator yang terus memberikan arahan dan motivasi kepada kami. Saat Pendampingan Individu 1, saya benar-benar mendapatkan sharing pengalaman dan motivasi yang sangat bermanfaat dari Pengajar Praktik Bapak Akhiyat,M.Pd yang memberikan motivasi yang sangat luar biasa untuk saya terus berjuang mengimplementasikan apa yang saya peroleh selama program guru penggerak ini. Melalui jadwal yang telah disusun sebelumnya, kegiatan demi kegiatan telah saya lewati. Pengalaman pertama saya membuat sebuah karya dengan melibatkan peserta didik dalam menyelesaikan sebuah kasus dengan menggunakan posisi kontrol dan segitiga restitusi berupa demonstrasi konstektual penerapan posisi kontrol dan segitiga restitusi yang diunggah di chanel youtube saya.

Perasaan

Banyak hal yang saya rasakan selama menjalani Pendidikan Guru Penggerak sampai pada tahap ini. Berbagai rasa bercampur menjadi satu, ada rasa khawatir, takut tidak bisa mengikuti kegiatan ini secara maksimal, mengingat beberapa kendala yang siap menghadang saya, di antaranya yaitu kesibukan saya mengajar dan tugas tambahan saya. Perasaan saya saat ini adalah semangat untuk terus berubah dan belajar sehingga perubahan yang diharapkan dari program ini bisa saya implementasikan. Sejalan dengan mengerjakan tugas-tugas di LMS ini saya terus mencoba menerapkan dan mencoba menempatkan saya pada posisi manager dan menggunakan segitiga restitusi dalam menyelesaikan kasus-kasus yang dialami siswa saya.

Pembelajaran

Dari pembelajaran pada modul 1.4 ini saya semakin paham bahwa menumbuhkan disiplin itu harus datang dari diri siswa itu sendiri bukan karena takut dihukum atau diberi penghargaan jika mereka tidak ada melakukan pelanggran kedisplinan. Sebagai seorang pendidik, saya harus berusaha untuk membawa siswa saya menerapkan nilai-nilai kebajikan universal dalam kehidupannya sehari hari. Saya menyadari untuk melakukan sebuah perubahan butuh perjuangan yang berat, namun saya yakin dengan berlahan perjuangan untuk melakukan perubahan pasti akan terwujud. Saya menyadari bahwa anak memiliki kodrat merdeka. Oleh karena itu saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan minat, bakat , dan kreatifitasnya.

 

Penerapan

Saya akan melakukan budaya positif di kelas saya dengan mulai berangsur menempatkan diri saya pada posisi kontrol manajer dalam menghadapi siswa saya dan mulai menggunakan Segitiga Restitusi dalam menyelesaikan masalah-masalah siswa yang ada di kelas saya. Secara berlahan dan pasti saya akan berusaha mensosialisasikan serta menggerakkan guru-guru yang ada di sekolah saya untuk mulai melakukan hal yang sama.

https://youtu.be/ypNj9z4FV-o

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts

Total Pageviews