Wednesday, January 13, 2016

PENEMUAN KEMBALI MAKNA BERJUANG


“When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it” (Paulo Coelho). Kutipan dari buku The Alchemist tersebut sedikit banyak menginspirasiku untuk terus berjuang meraih pencapaian-pencapaian dalam hidup selama ini. Meski baru membaca buku tersebut saat mata kuliah, Prosa di jurusan Sastra Inggris FIB UI
, ternyata aku sudah mempraktikkannya jauh-jauh hari. Terbukti, meski penglihatanku menurun saat kelas 6 SD yang memaksaku untuk berhenti sekolah selama 1 tahun, dengan keinginan untuk dapat terus belajar dan berprestasi membanggakan orang tua, Allah memberi jalan itu. Alhamdulillah, dengan bantuan banyak pihak dan terutama dorongan orang tua, aku dapat melanjutkan sekolah ke SMP, SMA, hingga PTN (yang semuanya institusi reguler) artinya aku belajar bersama siswa lain yang tidak berkebutuhan khusus. Meski begitu, aku bersyukur tetap dapat berprestasi dan tak kalah jika dibandingkan dengan siswa umum lainnya. Akan tetapi, ada kalanya seiring berjalannya waktu kita kehilangan makna berjuang. Hal itu dapat terjadi karena mungkin rutinitas atau lingkungan yang semakin berubah. Pasca lulus dari Universitas Indonesia tahun 2012, aku bergerak di bidang pemberdayaan penyandang disabilitas terkhusus pada teknologi informasi dan komunikasi. Memang itu hal yang aku pilih karena dapat memberi dampak untuk masyarakat, tapi entah mengapa seperti ada sesuatu yang memudar hari demi hari. Aku merindukan suasana dan lingkungan penuh gairah untuk berkontribusi dan berprestasi seperti yang aku temui saat menjadi bagian dalam BEM dikampus, baik tingkat fakultas atau universitas. Dari sana aku teringat aplikasiku yang belum terkabulkan sedari zaman kuliah untuk ikut Forum Indonesia Muda atau FIM. Aku mengenal FIM dari teman-teman satu angkatan atau sesama anggota BEM yang juga alumni FIM. Mereka adalah orang-orang yang tak dapat dikatakan mahasiswa di level kampus bahkan ada juga yang sampai tingkat nasional maupun internasional. Ingin rasanya bisa menjadi bagian dari komunitas para pemuda dan pemudi seperti itu. Seperti berada di sebuah medium yang penuh semangat, keinginan untuk berprestasi, kecintaan untuk berkontribusi, dan kesempatan mengambil inspirasi dari sosok-sosok luar biasa. Aku sungguh membutuhkan semua itu untuk ‘recharging’ semangat dan menemukan lagi makna perjuangan yang memang kita dedikasikan untuk bangsa. Bukan berarti tujuan atau visi yang hilang, tapi dalam sebuah perjalanan tentu lelah tak dapat dihindarkan. Maka perlu rasanya sejenak istirahat dan melihat ke sekeliling bahwa ada pelari-pelari lain yang terus bergerak maju. Selain itu, aku pun punya misi untuk menjalin link dan peluang berkolaborasi dengan para pemuda/pemudi di jaringan FIM. Bidang yang menjadi fokusku adalah di isu disabilitas yang faktanya belum jadi gerakan mainstream di negeri ini. Masih sedikit orang yang melihatnya sebagai bagian dari hak asasi manusia. Tapi uniknya, isu tersebut sangat penting untuk masyarakat dan sifatnya crosscutting issue, atau bertautan juga dengan bidang-bidang lainnya. Jadi aku ingin berusaha dapat memasukkan nilai-nilai inklusivitas dalam FIM (minimal para alumni FIM dapat mengenal disabilitas adalah bagian dari keberagaman masyarakat) Baca di Sini

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts

Total Pageviews