Friday, July 21, 2023

Jurnal Refleksi Modul 1.1

MAKNA FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA

 

Pada dua minggu yang sudah saya lalaui sebagai CGP ini banyak ilmu dan pengalaman dalam konteks pemikiran dan filosofi pendidikan menurut ki Hajar Dewantara. dalam pekan ini ilmu tentang bagaimana mana memanusiakan manusia yang merdeka secara lahir batin. penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang memperhatikan kodrat alam dan kondrat zaman merupakan syarat wajib bagi pamong atau pendidik di jaman sekarang dengan tujuan melakukan perubahan perubahan tranformasi ke arah value atau nilai dari sebuah kehidupan yang merdeka lahir batin

Filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh tokoh timur ki hajar dewantara merupakan filosofi yang sesuai dengan kebudayan bangsa indonesia dengan filosofi tersebut seorang pamong haruslah menghamba kepada peserta didik. dimana seorang pamong harus menjadi fasilitator, motivator dan inisiator bagi peserta didik atau dilingkungan sekolah. Transformasi ini memerikan harapan bagi keberlangsungan kebudayaan di lingkungan sekitar.

Ki Hajar Dewantara (KHD) menggambarkan secara detail dan utuh pemikiran KHD tentang pendidikan. Filosofi KHD yang pertama mengartikan pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat, menyadarkan kami para pendidik bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka salah satu kunci untuk mewujudkannya yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih, wadah bertumbuh kembangnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Hal ini mengumpamakan pendidikan seperti energi, dimana hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan melainkan energi hanya dapat diubah bentuk ke bentuk energi lainnya. Untuk itulah, pendidik harus menjadi sumber energi positif bagi anak didiknya agar dapat menyalurkan energi tersebut hingga akhirnya mereka mampu mentransformasikan ke bentuk energi lain yang luar biasa.

Filosofi KHD yang kedua berkaitan dengan dasar-dasar pendidikan yang “menuntun”. KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Disinilah peran pendidik sebagai sumber energi yang baik untuk anak-anak. Dalam konsep energi, setiap anak memiliki energinya masing-masing. Sehingga pendidik dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi energi lain yang lebih baik dan bermanfaat.

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, penulis mengibaratkan peran pendidik seperti sumber energi positif bagi anak. Jika energi yang ditransfer oleh pendidik positif maka yang diterima anak-anak pun positif. Sama hal nya pak tani yang merawat tanaman, baik atau tidaknya tergantung tangan atau perlakuan petani tersebut. Baik atau tidaknya perubahan laku murid tergantung bagaimana pendidik mentransferkan energinya. Selama proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Seperti saat kita mempunyai sumber energi dari panel surya. Butuh peralatan lain yang harus dirancang dan dibuat agar panel surya tersebut dapat merubah bentuk energi ke bentuk lainnya. Tidak akan terjadi hubung singkat ataupun drop voltage jika perancang peralatan tersebut telah mendesain dan membuat dengan baik dan benar.

Konsep pemikiran-pemikiran filosofis KHD ketiga sangat relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang mengiringi kehidupan anak-anak. Artinya pendidikan yang diberikan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan atau potensi anak. Selain itu juga harus mengikuti perkembangan zaman. Sama hal nya dengan perkembangan energi, dari lingkungan kemudian diubah sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman. Pendidik harus mampu memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak pada zamannya dengan memperhatikan potensi dirinya.  Salah satunya dengan menerapkan pendidikan abad ke-21 sesuai konteks lokal (budaya) di tempat asal seperti budaya “nyaneut” di daerah Cisurupan.

Filosofi pendidikan KHD yang ke empat yaitu tentang Budi Pekerti. budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Proses pendidikan KHD disini menekankan 3 hal utama yaitu melatih panca indra, kehalusan budi pekerti dan kecerdasan. Menurut beliau pendidikan harus seimbang antara cipta, rasa dan karsa. Pengembangan karakter atau budi pekerti tidak dapat tercipta begitu saja, harus melalui pembiasaan-pembiasaan, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakatnya.

Refleksi diri tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara

Sebelum penulis mempelajari filosofi pendidikan KHD, penulis percaya bahwa murid datang ke sekolah seperti kertas kosong yang belum memiliki pengetahuan apa-apa dalam dirinya. Di sekolahlah murid mendapatkan banyak pengetahuan dan pembelajaran dari gurunya sehingga kertas kosong tersebut telah memiliki goresan tinta yang jelas sesuai dengan tujuan kurikulum di sekolah. Penulis percaya bahwa murid yang datang ke sekolah tepat waktu adalah murid yang rajin dan memiliki tekad yang kuat dalam belajar. Penulis juga percaya murid-murid penulis akan mampu menyelesaikan pembelajaran ataupun tugas yang penulis berikan tepat pada waktunya karena penulis telah merancang agenda pembelajaran secara detail dan sistematis.

Sebelum penulis mempelajari filosofi pendidikan KHD, penulis percaya bahwa pembelajaran di kelas memerlukan peran guru yang sangat dominan di kelas, mulai dari membuat tujuan pembelajaran, menjelaskan materi dan latihan soal, hingga menarik kesimpulan pembelajaran hari itu. Penulis percaya bahwa pembelajaran di kelas harus dilaksanakan sesuai tuntutan kurikulum, tidak peduli murid telah siap menerima materi lanjutan atau tidak, melainkan cenderung mengejar materi yang harus dituntaskan dan akhirnya kembali lagi kepada cara terpraktis yaitu metode ceramah.

Setelah penulis mempelajari filosofi pendidikan KHD, penulis menyadari bahwa pemikiran penulis tentang murid dan pembelajaran masih kurang sesuai dengan pemikiran pendidikan dan pengajaran yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Setelah menjalani proses belajar tahap demi tahap dilakukan, Mulai dari diri untuk memahami materi, Eskplorasi konsep melalui diskusi, Ruang kolaborasi dalam bertukar pikiran tentang pendidikan, Demonstrasi kontekstual pemahaman yang diperoleh, dikuatkan dengan Elaborasi pemahaman bersama instruktur hingga berlatih mengeksplorasi kekurangan diri dan upaya perbaikannya, maka penulis mulai merubah pemikiran dan perilaku penulis terkait pendidikan dan pengajaran.

Perubahan pemikiran atau perilaku penulis antara lain:

Murid bukanlah kertas kosong, melainkan kertas yang masih buram tinta yang tergores di dalamnya. Disinilah peran guru bagaimana menebalkan tinta buram tersebut menjadi tulisan yang jelas terbaca. Artinya, pada hakikatnya setiap murid telah memiliki bekal pengetahuan dan kemampuannya sendiri, namun potensi yang ada tersebut perlu penulis latih dan kembangkan hingga mereka menguatkan kodratnya dengan baik.

Murid yang tidak datang tepat waktu ke sekolah bukan berarti mereka tidak memiliki tekad yang kuat dalam belajar. Disinilah penulis mulai mecoba untuk dapat memahami kondisi murid, apa yang mereka hadapi dan alami dalam kehidupannya, karena peran pendidik tidak melulu tentang mengajarkan materi, melainkan mendampingi setiap proses tumbuh kembangnya laku anak agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Tidak semua murid memiliki kemampuan dan kecepatan yang sama dalam memahami sesuatu. Disinilah penulis mulai mencoba untuk mengelola pembelajaran agar setiap murid dapat melaluinya sesuai dengan kemampuan dan gaya belajarnya, memberi mereka ruang kreativitas belajar yang berbeda, hingga akhirnya mereka menemukan sendiri arti merdeka belajarnya.

Guru bukanlah sumber utama atau satu-satunya tentang pembelajaran. Disinilah penulis mulai mengeksplorasi beberapa sumber informasi yang dapat mereka gunakan. Artinya, pendidik sebagai pamong yang menuntun dan mengarahkan segala potensi yang ada pada diri murid menjadi hal yang akan bermanfaat untuk kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Setiap murid memiliki kebutuhan belajarnya masing-masing. Disinilah penulis mulai mencoba memahami apa yang sebenarnya mereka harapkan setelah melalui proses belajar bersama dengan penulis.

Beberapa hal atau langkah yang dapat segera penulis segera terapkan di kelas agar mencerminkan pemikiran KHD dengan baik yaitu sebagai berikut:

1.    Melakukan asesmen diagnostik non kognitif dan pemetaan bakat-minat potensi murid.

Hal ini penting karena potensi dan kebutuhan murid belajar yang beraneka ragam. Hasil asesmen dapat penulis gunakan sebagai acuan untuk menentukan strategi pembelajaran yang akan dilakukan, tentunya strategi pembelajaran yang berpihak pada murid.

2.    Menggali ide kreatif dan inovatif dari berbagai sumber.

Penulis harus aktif mencari pengetahuan dan pengalaman belajar untuk meningkatkan kualitas diri penulis sebagai pendidik, sehingga proses pembelajaran yang akan penulis hadirkan di kelas tidak monoton, melainkan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid.

3.    Mendesain dan menjalankan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Pembelajaran yang berpihak pada murid salah satu cara yang akan penulis lakukan yaitu memberikan kebebasan murid dalam menentukan gaya belajarnya, membangun sendiri pengetahuannya, dan secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga murid memahami makna merdeka belajar seutuhnya. Penulis akan berusaha menghambakan diri pada murid. Artinya, melayani setiap kebutuhan belajar murid dengan suci hati dan ikhlas agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

4.    Melakukan evaluasi dan refleksi sebagai upaya perbaikan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Hal ini penting penulis lakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan refleksi harus penulis lakukan untuk setiap metode pembelajaran yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid atau tidak.

Selain poin-poin yang telah disebutkan di atas, penulis juga akan melaksanakan pembiasaan positif guna menciptakan budi pekerti murid yang baik. Pembiasaan yang akan penulis lakukan antara lain mengawali aktifitas pembelajaran dengan berdoa, menanyakan kabar dan mendoakan hal yang baik untuk murid, selalu memberikan apresiasi setiap proses belajar murid, selalu memberikan kata-kata positif satu sama lain, memberikan teladan sikap, berani mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan dan terima kasih untuk bantuan/pujian.

Refleksi diri penulis tentang pemikiran KHD diharapkan dapat mendukung terwujudnya Visi SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan untuk  Terwujudnya Sekolah Berbasis Pesantren Terbuka, Mandiri, Ilmiah, Berprestasi, dan Berbudaya Lingkungan serta mewujudkan peserta didik yang berprofil santri, menguasai IMTAQ dan IPTEK. Melalui implementasi pemahaman pemikiran KHD akan dapat menciptakan budaya pembelajaran yang positif sebagai karakter diri yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, menggali kreativitas dan inovasi guru dan murid dalam berproses baik bersama sehingga memunculkan jiwa kompetitif yang berani unggul mengembangkan segala potensi dirinya.

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts

Total Pageviews