Wednesday, April 20, 2011

Kemampuan Penalaran Analogi dalam Memecahkan Masalah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan jaman dan teknologi, persaingan di dunia kerja semakin ketat. Oleh karena itu untuk dapat bersaing di butuhkan manusia yang cerdas dan kreatif. Untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang dapat bersaing tidak dapat dilepaskan dari dunia pendidikan. Penyempurnaan kurikulum harus selalu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Di antara hasil terbaru penyempurnaan tersebut adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kelebihan dari kurikulum terbaru ini adalah dinyatakannya pemecahan masalah (problem-solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), dan menghargai kegunaan matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD, SMP, SMA, dan SMK di samping tujuan yang berkait dengan
pemahaman konsep yang sudah dikenal guru seperti: bilangan, perbandingan, sudut, dan segitiga[1].
Salah satu tujuan umum pendidikan matematika dalam kurikulum tingat satuan pendidikan adalah menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi dalam membuat generalisasi atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika[2]. Nasoetion mengatakan bahwa salah satu manfaat penalaran dalam pembelajaran matematika adalah membantu siswa meningkatkan kemampuan dari sekedar mengingat fakta, aturan, dan prosedur kepada kemampuan pemahaman[3]. Berdasarkan hal itu maka penalaran merupakan kemampuan yang sangat penting dalam belajar matematika.
Salah satu metode untuk bernalar adalah dengan menggunakan analogi. Diane mengatakan bahwa dengan analogi suatu permasalahan mudah di kenali, di analisis hubunganya dengan permasalahan yang lain dan permasalahan yang kompleks dapat di sederhanakan. Selain itu penggunaan analogi dapat meningkatkan pengertian dan daya ingat siswa[4].
Dalam KTSP pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah-masalah tertutup dengan alternatif jawaban tunggal dan masalah-masalah terbuka dengan alternatif jawaban yang tidak tunggal. Selain itu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika. Menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah[5]. Berdasarkan hal di atas maka pemecahan juga merupakan kemampuan yang sangat penting dalam belajar matematika.
Namun bukti-bukti empiris di lapangan menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan Sulistyio Indahwarni mengenai kemampuan memecahkan masalah matematika bentuk soal cerita pada sub materi pokok keliling luas persegi panjang dan persegi menunjukan bahwa dari 30 siswa yang diberi test terdapat 18 siswa (60 %, Pen) yang kemampuan pemecahan masalahnya tergolong rendah atau kurang. Hasil penelitian yang dilakukan The National Assement of Educational Progress (NAEP)[6] menunjukan bahwa dalam soal pemecahan masalah dua langkah penyelesaian, prestasi siswa kurang baik. Sekitar 30 % siswa kelas 3 berhasil dengan baik menyelesakan soal pemecahan masalah yang memuat penjumlahan/pengurangan dengan dua langkah penyelesaian, sedangkan 77 % siswa kelas tujuh dapat menyelesaikan dengan baik jenis soal yang sama. Tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah menurun drastis manakala setting (konteks) permasalahannya diganti dengan hal yang tidak dikenal. Walaupun masalah matematikanya tetap sama. NAEP juga memuat soal-soal yang ditunjukan utuk menguji kemampuan siswa dalam hal penalaran logik, identifikasi langkah-langkah penyelesaian soal pemecahan masalah, dan penggunaan strategi pemecahan masalah. Respons siswa dalam menjawab soal-soal jenis ini adalah sebagai berikut. Hampir dua pertiga siswa kelas tiga dan setengah dari siswa kelas tujuh menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan soal penalaran logik. Demikian pula dengan soal yang memuat informasi tidak lengkap, sebagian besar siswa, baik kelas tiga maupun kelas tujuh, menghadapi banyak kesulitan dalam menyelesaikan jenis soal tersebut meskipun informasinya sudah dilengkapi.
Karena kemampuan pemecahan masalah siswa secara empiris masih tergolong rendah dalam belajar matematika, analogi sangat diperlukan dalam membantu memecahkan masalah matematika, maka pelu diketahui bagaimana kemampuan penalaran analogi siswa dalam memecahkan masalah matematika yang sebenarnya. Holyoak dalam Depy berpendapat bahwa inti dari penggunakan analogi dalam pembelajaran untuk memecahkan masalah adalah siswa menerapkan pengetahuan yang sudah diketahui untuk memecahkan masalah yang baru[7]. Hal ini berarti dalam memecahkan suatu masalah penalaran analogi sangat diperlukan, karena dalam memecahkan masalah-masalah yang baru diperlukan konsep-konsep terdahulu yang memiliki keterkaitan meskipun pada hakikatnya masalahnya berbeda
Penggunaan penalaran analogi dalam memecahkan masalah matematika, berarti siwa memecahkan hal yang baru menggunakan penyelesaian atau konsep yang sama dengan masalah yang sudah pernah dipelajari. Untuk itu perlu diketahui bagaimana kemampuan penalaran analogi siswa dan proses berpikir analogi siswa dalam memecahkan masalah matematika
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan penalaran analogi siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas X-11 SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo ?
2. Bagaimana proses berpikir analogi siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas X-11 SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan kemampuan penalaran analogi siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas X-11 SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo
2. Mendeskripsikan proses berpikir analogi siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas X-11 SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua kalangan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, antara lain adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan yang berharga dalam merencanakan upaya memperbaiki pembalajaran di sekolah.
2. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran matematika di sekolah terutama dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
3. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman empiris dalam bidang penelitian dan penulisan yang bersifat ilmiah serta sebagai bekal yang berharga.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Penalaran matematika
Penalaran matematika adalah suatu kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, menganalisis data, memperkirakan, menjelaskan, membuat suatu kesimpulan.
2. Analogi
Analogi adalah kesamaan sifat dari suatu hal yang baru dengan suatu hal yang telah di ketahui sebelumnya yang pada dasarnya berbeda.
3. Penalaran analogi
Penalaran analogi adalah merupakan suatu proses untuk memeperoleh kesimpulan dengan menggunakan kesamaan sifat dari struktur dan hubungan suatu hal yang baru (masalah target) dengan suatu hal yang telah di ketahui sebelumnya (masalah sumber) yang pada dasarnya berbeda.
4. Kemampuan penalaran analogi siswa dalam memecahkan masalah
Kemampuan penalaran analogi siswa dalam memecahkan masalah matematika adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah target dengan menggunakan masalah sumber.
5. Proses berpikir analogis siswa
Proses berpikir analogis siswa dalam memecahkan masalah matematika adalah cara berpikir siswa yang memecahkan masalah matematika dengan menggunakan langkah-langkah berikut, yaitu : enconding, inferring, mapping, dan applying.
6. Encoding
Encoding adalah mengidentifikasi masalah sumber dan masalah target dengan mencari ciri-ciri atau strukturnya.
7. Inferring
Inferring adalah mencari hubungan yang terdapat pada masalah sumber atau di katakan mencari hubungan “rendah” (low order).
8. Mapping
Mapping adalah mencari hubungan yang sama antara masalah sumber dan masalah target atau membangun kesimpulan dari kesamaan hubungan antara masalah sumber dan target, atau mengidentifikasi hubungan yang lebih tinggi.
9. Applying
Applying adalah melakukan pemilihan jawaban yang cocok untuk melengkapi soal analogi.
10. Masalah matematika
Masalah matematika adalah suatu soal atau pertanyaan matematika yang tidak mempunyai prosedur rutin dalam pengerjaannya dan siswa mau mengerjakanya.
F. Asumsi dan Keterbatasan
Asumsi dalam penelitian ini adalah :
1. Subyek penelitian mengerjakan tes dengan sungguh-sungguh dalam menjawab soal-soal yang diberikan berdasarkan kemampuan masing-masing, karena selama tes, dilakukan pengawasan yang ketat. Peneliti di bantu oleh salah satu mahasiswa pendidikan matematika semester 8. Dan guru mata pelajaran matematika SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo
2. Hasil wawancara merupakan pernyataan yang sesuai dengan kondisi siswa saat mengerjakan tes, karena saat wawancara siswa mengetahui bahwa pernyataan akan digunakan sebagai bahan penelitian.
Keterbatasan penelitian ini adalah :
1. Penetapan kategori kemampuan penalaran analogi siswa dalam memecahkan masalah di kembangkan oleh penulis dengan berpandu pada ciri ciri penalaran analogi yang di kemukakan Novick.
2. Materi yang di ujikan meliputi materi sebagian kelas X dan sebagian kelas IX.



[1] Shadiq, Fajar. “Penalaran dan Komunikasi serta Pemecahan Masalah dalam Proses Pembelajaran Matematika di SMP”, Makalah (Yogyakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG Matematika, 2006), h 1.t.d.
[2] Depdiknas, Mata Pelajaran matematika Sekolah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA), (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang, 2006), h. 387
[3] Nasoetion, A.H, “ Nalar dan Hafal, Mana yang di Dahulukan?”, Kompas, (Jakarta : 28 Mei 2004, h 4)
[4] Setyono, T. Djoko, Analogi Sebagai Suatu Ketrampilan Berpikir Kritis”. Makalah, (Surabaya: IKIP Surabaya, 1996), h.3.t.d.
[5] Depdiknas, Mata Pelajaran matematika Sekolah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA), (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang, 2006), h.381
[6] Tim MKPBM Jurusan pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Common Text Book, (Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Matematika, 2001), h.4
[7] Depy Indriastuti, Pengaruh Sikap Siswa pada Matematika Dan Kemampuan Penalaran Analogi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika siswa kelas X SMAN 1 Sidoarjo”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surabaya: Perpustakan FMIPA UNESA, 2009), h.3.t.d.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts

Total Pageviews